Sabtu, 30 Oktober 2010

TRAMADOL

Tramadol
di posting oleh :
SITI SUPRIANI
A/KP/VII
04.07.1599


Tramadol 50 mg Tab

Deskripsi

Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.

Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem syaraf pusat sehingga memblok sensasi rasa nyeri dan respon terhadap nyeri. Disamping itu tramadol menghambat pelepasan neurotransmitter dari syaraf aferen yang sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat


Nama dan struktur kimia


- Nama &Struktur Kimia : 2-Dimethylaminomethyl-I-(3-methoxyphenyl)cyclohexanol hydrochloride

- Sifat Fisikokimia : Serbuk kristal berwarna putih, mudah larut dalam air dan metil alkohol, sukar larut dalam aseton.


Golongan/Kelas Terapi Analgesik Narkotik Nama Dagang


- Centrasic - Contram - Dolana - Dolgesik

- Dolocap - Dolsic - Forgesic - Intradol

- Miradol - Nonalges - Nufotram - Orasic

- Radol - Seminac - Simatral - Thramad

- Tradonal - Tradosik - Tradyl - Tramal

- Trasidan - Traumasik - Trazodon HCl - Trazone

- Trunal DX - Tugesal - Zephanal - Zumatram

- Bellatram



Bentuk Sediaan

Tablet, Kapsul, Injeksi Ampul
Komposisi:

Tiap kapsul mengandung:

Tramadol Hidroklorida.....................................50 mg

Indikasi

Untuk mengobati dan mencegah nyeri yang sedang hingga berat, seperti tersebut di bawah ini:

- Nyeri akut dan kronik yang berat.

- Nyeri pasca bedah.



Kontraindikasi

Pasien dengan hipersensitivitas,depresi napas akut,peningkatan tekanan kranial atau cedera kepala.

Keracunan akut oleh alkohol, hipnotik, analgesik atau obat-obat yang mempengaruhi SSP lainnya.

- Penderita yang mendapat pengobatan penghambat monoamin oksidase (MAO).

- Penderita yang hipersensitif terhadap tramadol.



Cara Kerja Obat:

Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.

Tramadol mengikat secara stereospsifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Di samping itu TRAMADOL menghambat pelepasan neutrotransmiter dari saraf aferen yang bersifat sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.



Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Nyeri kronis sedang sampai berat yg tdk memerlukan efek analgesik yg cepat : awal 25 mg/hari kemudian dinaikkan 25 mg per 3 hari hingga 25 mg 4x sehari. Maksimum 400mg. Sesudah itu dapat dinaikkan sesuai toleransi dan kebutuhan: 50mg setiap 3 hari hingga 50mg 4 x sehari. Untuk efek yg cepat : 50 – 100 mg setiap 4 – 6 jam, jika perlu ( maksimum 400 mg/hari). Pasien dengan gangguan ginjal dan hati dosis disesuaikan dengan mengurangi frekuensi pemberian.



Farmakologi

Aktivitas analgetik yg bekerja di pusat

Stabilitas Penyimpanan

Simpan dalam wadah tertutup, 15 – 30° C



Efek Samping

Sistem saraf : pusing, vertigo (paling sering terjadi, > 26% pasien), stimulasi SSP: anxietas, agitasi, tremor, gangguan, koordinasi, gangguan tidur, eforia dll (>7% pasien),

Pencernaan : konstipasi, mual  (>24% pasien), muntah (>9% pasien), nyeri perut, anore



Interaksi Dengan Obat Lain :

Karbamazepin : Meningkatkan metabolisme tramadol shg menurunkan efek analgesik scr signifikan.

SSRIs & MAO inhibitor : Tramadol dapat meningkatkan resiko terjadi efek samping, seperti serotonin sindrom (nyeri dada, takikardia, tremor, bingung) & kejang.

Warfarin oral : Efek warfarin meningkat.

Depresan sistem saraf pusat (alkohol, anestetik, fenotiazin, agonis opioid, sedatif, hipnotik, analgesik yg bekerja di pusat) : potensiasi efek depresi pernapasan & depresi saraf pusat.

Digoksin : Dilaporkan terjadi toksisitas digoksin (jarang)



Pengaruh Terhadap Kehamilan

Kategori C : Penggunaan pada kehamilan hanya jika potensi manfaat lebih besar dari resiko thd janin, karena dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan gejala putus obat pada bayi



Parameter Monitoring

Status sistem pernapasan & status mental

Peringatan

-Kejang dapat terjadi pada dosis yang direkomendasikan, resiko meningkat pada pasien yg mempunyai riwayat epilepsi, penggunaan bersama dgn SSRIs, MAO inhibitor. Waspada untuk pasien usia lanjut

- Hati-hati bila digunakan pada penderita dengan trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial, gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat atau hipersekresi bronkus; karena dapat meningkatkan resiko kejang atau syok.

- Dapat terjadi penurunan fungsi paru apabila penggunaan tramadol dikombinasi dengan obat-obat depresi SSP lainnya atau bila melebihi dosis yang dianjurkan.

- Tramadol tidak boleh digunakan pada penderita ketergantungan obat. Meskipun termasuk agonis opiat, Tramadol tidak dapat menekan gejala putus obat, akibat pemberian morfin.

- Tramadol sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil, kecuali benar-benar diperlukan.

- 0,1% Tramadol diekskresikan melalui ASI (Air Susu Ibu).

- Tramadol dapat mengurangi kecepatan reaksi penderita, seperti kemampuan mengemudikan kendaraan ataupun mengoperasikan mesin.

- Lama pengobatan

Pada pengobatan jangka panjang, kemungkinan terjadi ketergantungan, oleh karena itu dokter harus menetapkan lamanya pengobatan. Tidak boleh diberikan lebih lama daripada yang diperlukan.


Informasi Pasien

Waspada pada penggunaan obat bersamaan dengan obat golongan tanskuilizer, hipnotik dan analgesik opioid lain. Hati-hati mengendarai mobil dan menjalankan mesin. Beritahu dokter bila wanita sedang hamil atau merencanakan hamil

Mekanisme Aksi

Berikatan dengan reseptor opioid µ & menghambat serotonin & norepinefrin reuptake

SIMPAN DI TEMPAT SEJUK DAN KERING


Peran perawat dalam pemberian obat

Perawat harus memperhatikan hal berikut :

Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan

Hitung dengan tepat dosis obat yang akan diberikan sesuai dengan resep

Gunakan prosedur yang sesuai dan aman, ingat prinsip 5 benar dalam pengobatan

Setelah memvalidasi dan menghitung dosis obat dengan benar, pemberian obat dengan akurat dapat dilakukan berdasarkan prinsip 5 benar.

PRINSIP 5 BENAR PENGOBATAN :

1. Benar Klien

2. Benar Obat

3. Benar Dosis Obat

4. Benar Waktu Pemberian

5. Benar Cara Pemberian

1. Benar Klien

dipastikan dengan memeriksa  identitas klien, dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri

hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat,

hak klien untuk menolak penggunaan sebuah obat

2. Benar Obat

berarti klien menerima obat yang telah diresepkan

tanggung jawab perawat untuk mengikuti perintah yang tepat

menghindari kesalahan, label obat harus dibaca tiga kali :

pada saat melihat botol atau kemasan obat,

sebelum menuang / mengisap obat dan

setelah menuang / mengisap obat

3. Benar Dosis Obat

Dosis yang diberikan untuk klien tertentu.

Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.

Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan variable berikut :

tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan (diminta),

dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/h ari.

4. Benar Waktu Pemberian

saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan .

dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam  sehari, seperti b.i.d ( du a kali sehari ) , t.i.d ( tiga kali sehari ), q.i.d ( empat kali sehari ), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan.

jika obat mempunyai waktu paruh (t ½ ) yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu .

beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan

5. Benar Cara Pemberian

perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai

rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :

oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul . ;

sublingual ( di bawah lidah  untuk absorpsi vena ) ;

topikal ( dipakai pada kulit ) ;

inhalasi ( semprot aerosol ) ;

instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina ) ;

empat rute parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.

6. Dokumentasikan. Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit.

Hak – Hak Klien dalam Pemberian Obat

1. Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat

Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi ( Informed concent ) , yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat suatu keputusan .

2. Hak Klien untuk Menolak Pengobatan

Klien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan . Adalah tanggung jawab perawat untuk menentukan , jika memungkinkan , alasan penolakan dan mengambil langkah – langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan . Jika suatu pengobatan dtolak , penolakan ini harus segera didokumentasikan. Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus diberitahu jika  pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan klien, seperti dalam pemberian insulin. Tindak lanjut  juga diperlukan jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium , misalnya pada pemberian insulin atau warfarin


Daftar pustaka

http://obat-penyakit.com/tramadol-50-mg-tab.html

http://www.dexa-medica.com/ourproducts/prescriptionproducts/detail.php?id=100&idc=8

http://www.dechacare.com/TRAMADOL-P578.html

http://medicatherapy.com/index.php/content/read/48/info-obat/tramadol

http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-obat/391-tramadol

Drug & Fact Comparison, 2004

AHFS Drug Information 2005

Martindale, 34 th edition

ISO 2007

Selasa, 26 Oktober 2010

Rifampisin

SETELA AGRAWATI
04.07.1596
A/KP/VII



Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia       :  Rifampin. C43H58N4O12 
- Sifat Fisikokimia                     :  Rifampisin merupakan serbuk kristal merah-coklat dan sangat sedikit larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol. Obat ini mempunyai pKa 7,9. Larut dalam kloroform, DMSO, etil asetat, metanol, tetrahidrofuran. Dalam perdagangan, rifampisin tersedia dalam bentuk serbuk steril untuk injeksi mengandung Natrium formaldehid, sulfoksilat, natrium hidroksida yang ditambahkan untuk mengatur pH. Dalam perdagangan sediaan oral rifampin tersedia sebagai obat tunggal, dalam bentuk kombinasi tetap dengan isoniazid, serta dalam kombinasi tetap dengan isoniasid dan pirazinamid.
- Keterangan                             :   Rifampisin adalah turunan semisintetik dari Rifamisin B, suatu antibiotika yang diturunkan dari Streptomyces meditarranei. 

Golongan/Kelas Terapi
Anti Infeksi

Nama Dagang
- Corifam             - Famri  - Kombipak I, II, III, IV (Generik)                - Lanarif
- Medirif              - Merimac           - Prolung 450      - Rif 150/ Rif 300/ Rif 450/ Rif 600
- Rifabiotic           - Rifacin                - Rifampicin Hexpharm  - Rifamtibi
- Rimactane        - Rimactazid / Rimactazid Paed   - Rifampisin (Generik)


Indikasi
          Tuberkulosis, dalam kombinasi dengan obat lain. Infeksi M. Leprae. Profilaksis meningitis meningococcal dan infeksi haemophilus influenzae. Brucellosis, penyakit legionnaires, endocarditis dan infeksi staphylococcus yang berat  dalam kombinasi dengan obat lain

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

          Oral ( Dosis IV infusi sama dengan pemberian peroral)

          Terapi Tuberkulosis

          Catatan : Regimen empat obat ( isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol) lebih disukai untuk pengobatan awal, empirik TB

          Bayi dan anak-anak < 12 tahun

          Terapi harian : 10 – 20 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal  (maksimal 600 mg/hari)

          Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 10 – 20 mg/kg (maksimal 600 mg/hari)

          Dewasa

          Terapi harian : 10  mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal 600 mg/hari)

          Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 10 mg/kg  (maksimal 600 mg/hari) ; 3 kali/minggu : 10 mg/kg (maksimal 600 mg/hari)

          Infeksi tuberkulosis latent (yang belum nampak): sebagai alternatif untuk isoniazid :

          Anak-anak : 10 – 20 mg/kg/perhari (maksimal : 600 mg/hari) selama 6 bulan

          Dewasa : 10 mg/kg/hari (maksimal : 600 mg/hari) selama 4 bulan

          Profilaksis H. Influenzae  (unlabeled use)

          Bayi dan anak-anak : 20 mg/kg/hari tiap 24 jam selama 4 hari, tidak lebih dari 600 mg/dosis

          Dewasa : 600 mg setiap 24 jam selama 4 hari

          Leprosy (unlabeled use) : dewasa :

          Multibacillary : 600 mg sekali sebulan selama 24 bulan dalam kombinasi dengan ofloksasin dan minosiklin

          Paucibacillary : 600 mg sekali sebulan selama  6 bulan dalam kombinasi dengan dapson

          Lesi tunggal : 600 mg  sebagai dosis tunggal dalam kombinasi dengan ofloksasin 400 mg dan minosiklin 100 mg

          Profilaksis meningitis meningococcal.

          Bayi , 1 bulan : 10 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam selama 2 hari

          Bayi = 1 bulan dan anak-anak : 20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam selama 2 hari (maksimal 600 mg/dosis)

          Dewasa : 600 mg tiap 12 jam selama 2 hari

          Staphylococcus aureus pada nasal carrier (unlabeled use):

          Anak-anak: 15 mg/kg/hari dibagi tiap 12 jam selama 5 – 10 hari dalam kobinasi dengan antibiotik lain

          Dewasa : 600 mg/hari selama 5 – 10 hari dalam kombinasi dengan antibiotik lain

          Penyesuaian dosis pada pasien dengan kerusakan hepar : penurunan dosis diperlukan untuk meurunkan hepatotoksisitas

          Hemodialysis atau peritoneal dialysis : konsentreasi plasma rifampisin tidak signifikan dipengaruhi oleh hemodialisis atau dialisis peritoneal


Farmakologi

          Durasi : < 24 jam

          Absorbsi : Oral : diabsorpsi dengan baik; makanan dapat mengakibatkan penundaan absorpsi (delay) atau sedikit menurunkan kadar puncak 

          Distribusi : sangat lipofilik , dapat menembus sawar darah otak (bood-brain barrier) dengan baik

          Difusi relatif dari darah ke dalam cairan serebrospinal : adekuat dengan atau tanpa inflamasi

          CSF : inflamasi meninges : 25%

          Metabolisme : Hepatik; melalui resirkulasi enterohepatik

          Ikatan protein : 80%

          T½ eliminasi : 3-4 jam; waktu tersebut akan memanjang pada gagal hepar; gagal ginjal terminal : 1,8-11 jam.

          Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral : 2-4 jam

          Ekskresi : Feses (60% - 65%) dan urin (~ 30%)  sebagai  obat yang tidak berubah


Stabilitas Penyimpanan

          Serbuk rifampisin berwarna merah kecoklatan. Vial yang utuh harus disimpan pada suhu kamar dan dihindarkan dari cahaya dan panas yg berlebihan. Rekonstitusi serbuk untuk injeksi dengan SWFI; untuk injeksi larutkan dalam sejumlah volume yg tepat dengan cairan yang kompatibel (contoh : 100 ml D5W). Vial yang telah direkontitusi stabil selama 24 jam pada suhu kamar.Stabilitas parenteral admixture pada penyimpanan suhu kamar (25°C) adalah 4 jam untuk pelarut D5W dan 24 jam untuk pelarut NS


Kontraindikasi

          Hipersensitivitas terhadap rifampisin atau komponen lain yang terdapat dalam  sediaan; penggunaan bersama amprenavir, saquinafir/rotonavir (kemungkinan dengan proease inhibitor), jaundice (penyakit kuning)


Efek Samping

          Gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual, muntah, diare (dilaporkan terjadi kolitis karena penggunaan antibiotika); sakit kepala, drowsiness; gejala berikut terjadi terutama pada terapi intermitten termasuk gelala mirip influenza ( dengan chills, demam, dizziness, nyeri tulang), gejala pada respirasi (termasuk sesak nafas), kolaps dan shock, anemia hemolitik, gagal ginjal akut, dan trombositopenia purpura; gangguan fungsi liver, jaundice(penyakit kuning); flushing, urtikaria dan rash; efek samping lain dilaporkan : edema, muscular weakness dan myopathy, dermatitis exfoliative, toxic epidermal necrolysis, reaksi pemphigoid, leucopenia, eosinophilia, gangguan menstruasi; urin, saliva dan sekresi tubuh yang lain berwarna orange-merah; tromboflebitis dilaporkan pada penggunaan secara infus pada periode yang lama.


Interaksi

          - Dengan Obat Lain : 

          Efek Cytochrome P450 : substrat CYP2A6, 2C8/9, 3A4 (major) ; Induksi CYP1A2 (kuat) ,2A6 (kuat), 2B6 (kuat), 2 C8/9(kuat), 2C19 (kuat), 3A4 (kuat).

          Meningkatkan efek/toksisitas : Rifampisin dapat meningkatkan efek terapeutik clopidogrel, penggunaan bersama dengan isoniazid pyrazinamide atau protease inhibitor (amprenavir saquinavir/ritonavir) dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas; antibiotika makrolida dapat meningkatkan kadar/toksisitas rifampin.

          Menurunkan efek : Rifampisin dapat menurunkan efek/kadar obat-obat berikut: asetaminofen, alfentanil, amiodaron,angiotensin II receptor blocker (irbesartan dan losartan), 5-HT3 antagonis, antifungi imidazol, aprepitant, barbiturat, benzodiazepin (dimetabolisme melalui oksidasi), beta blocker, buspiron, calsium channel blocker, kloramfenikol, kortikosteroid, siklosporin;  substrat CYP1A2, 2A6, 2B6, 2C8/9, 2C19 DAN 3A4 (contoh : aminofilin, amiodaron, bupropion, fluoksetin, fluvoksamin, ifosfamid, methsuksimid, mirtazapin, nateglinid, pioglitazon, promethazin, inhibitor pompa proton, ropinirol, rosiglitazon, selegilin, sertralin, teofilin, venlafaxin dan zafirlukast; dapson, disopiramid, kontrasepsi estrogen dan progestin, feksofenadin, flukonazol, asam fusidat, HMG-CoA reductase inhibitor, metadon, morfin, fenitoin, propafenon, inhibitor protease, quinidin, repaglinid, inhibitor reverse transkriptase  (non-nucleoside), sulfonilurea, takrolimus, tamoksifen, terbinafin, tocainide, antidepresan trisiklik, warfarin,zaleplon, zidovudin, zolpidem. Efek rifampisin diturunkan oleh inducer CYP2A6, 2C8/9, dan 3A4  (seperti : aminoglutethimide, barbiturat, karbamazepin, nafcillin, nevirapin dan fenitoin)

          - Dengan Makanan :  Makanan menurunkan absorbsi; konsentrasi rifampin dapat diturunkan jika digunakan bersama dengan makanan. Hindari  ethanol (dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas) St. John’s wort dapat menurunkan kadar rifampisin



Pengaruh


          - Terhadap Kehamilan :  Penggunaan obat pada trimester 1 (pertama): Produsen menyatakan studi pada binatang menunjukkan adanya teratogenik pada dosis tinggi. Penggunaan obat pada trimester 3 (tiga): Resiko terjadinya perdarahan pada neonatal dapat meningkat, Faktor risiko : C


          - Terhadap Ibu Menyusui : Hanya sejumlah kecil saja berada pada air susu. Masuk dalam air susu ibu / tidak direkomendasikan (AAP rates “compatible”)


          - Terhadap Anak-anak :  -


          - Terhadap Hasil Laboratorium :  Interaksi rifampicin dengan tes laboratorium : reaksi Coombs positif, rifampicin  mengganggu  pemeriksaan standar serum folat dan vitamin B12, meningkatkan LFTs dan menurunkan ekskresi  billiari dari contrast media


Parameter Monitoring

           Fungsi hati (AST, ALT, bilirubin), CBC, hepatic status dan mental status, kultur sputum, x-ray dada

Bentuk Sediaan

          Kapsul, Kaptab, Sirup

Peringatan

          Kerusakan hati ( periksa tes fungsi hati dan pemeriksaan darah pada gangguan hati, ketergantungan alkohol, dan pada terapi dalam jangka waktu yang lama); kerusakan ginjal (jika digunakan dosis di atas 600 mg sehari); kehamilan dan menyusui; porfiria; Penting : pasien yang menggunakan hormon kontrasepsi disarankan untuk  menggantinya dengan alternatif kontrasepsi lain seperti IUD, karena efek obat kontrasepsi menjadi tidak efektif akibat adanya interaksi obat.

Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus

          -

Informasi Pasien

          Jumlah  dan frekuensi  penggunaan obat tergantung dari   beberapa faktor, seperti  kondisi pasien, umur dan berat badan. Bila anda mempunyai pertanyaan yang berkaitan dengan jumlah dan/ frekwensi pemakaian obat tanyakan pada dokter atau apoteker. Obat ini menyebabkan warna merah pada urin, keringat, saliva dan air mata. Obat ini juga dapat menimbulkan noda permanen pada lensa kontak. Mempengaruhi efektifitas kontrasepsi oral, gunakan metoda KB yang lain. Rifampisin harus digunakan pada saat lambung kosong, gunakan 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dengan segelas air. Gunakan obat ini sedikitnya 1 jam sebelum menggunakan antasida. Segera memeriksakan diri ke dokter bila timbul demam, hilang nafsu makan, tidak enak badan, mual, muntah, urin berwarna gelap, perubahan warna kulit dan mata  menjadi kekuningan atau nyeri atau bengkak pada persendian. Pasien harus menggunakan obat hingga habis. Jangan sampai terdapat dosis yang terlewat.  Jangan menghentikan pemakaian obat ini tanpa berkonsultasi dengan dokter. Jangan menggunakan obat melebihi jumlah yang telah  diresepkan, kecuali atas anjuran dokter. Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa memberitahu dokter yang merawat. Jika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum obat  setelah ingat. Jika terlewat beberapa jam dan telah mendekati waktu minum obat berikutnya jangan minum obat dengan dosis ganda, kecuali atas saran dari tenaga kesehatan . Jika lebih dari satu kali dosis terlewat, mintalah nasehat dokter atau apoteker. Obat ini hanya digunakan oleh  pasien yang mendapat resep. Jangan diberikan pada orang lain.

Mekanisme Aksi

           Menghambat sintesis RNA bakteri dengan  mengikat subunit beta dari DNA-dependent RNA polymerase, menghambat transkripsi RNA

Monitoring Penggunaan Obat

           Periodik (sebelum pengobatan dan tiap 2 – 4 minggu selama terapi) monitoring fungsi hati (AST, ALT, bilirubin), CBC; status fungsi hati dan mental  , kultur sputum, x-ray dada 2 – 3 bulan pengobatan

.
Tanggung Jawab Perawat Dalam Pemberian Obat

  • Perawat terampil & tepat saat memberikan obat.
  • Tidak sekedar memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.
  • Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting untuk dimiliki perawat.
  • Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan.
Dengan demikian : perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.
Obat adalah substansi yang berhubungan fungsi fisiologis tubuh dan berpotensi mempengaruhi status kesehatan. Pengobatan / medikasi adalah obat yang diberikan untuk tujuan terapeutik / menyembuhkan. Obat dapat diklasifikasikan melalui beberapa cara, antara lain berdasarkan : bahan kimia penyusunnya, efek yang ditimbulkan baik didalam laboratorium maupun tubuh manusia.

Pemberian Obat. Perawat harus memperhatikan hal berikut :
  • Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan
  • Hitung dengan tepat dosis obat yang akan diberikan sesuai dengan resep
  • Gunakan prosedur yang sesuai dan aman, ingat prinsip 5 benar dalam pengobatan
  • Setelah memvalidasi dan menghitung dosis obat dengan benar, pemberian obat dengan akurat dapat dilakukan berdasarkan prinsip 5 benar.
PRINSIP 5 BENAR PENGOBATAN :
  • Benar Klien 
  • Benar Obat
  • Benar Dosis Obat
  • Benar Waktu Pemberian
  • Benar Cara Pemberian 
1. Benar Klien
dipastikan dengan memeriksa  identitas klien, dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri
hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat,
hak klien untuk menolak penggunaan sebuah obat

2. Benar Obat
berarti klien menerima obat yang telah diresepkan
tanggung jawab perawat untuk mengikuti perintah yang tepat
menghindari kesalahan, label obat harus dibaca tiga kali :
pada saat melihat botol atau kemasan obat,
sebelum menuang / mengisap obat dan
setelah menuang / mengisap obat

3. Benar Dosis Obat
Dosis yang diberikan untuk klien tertentu.
Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan variable berikut :
tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan (diminta),
dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/h ari.

4. Benar Waktu Pemberian
saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan .
dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam  sehari, seperti b.i.d ( du a kali sehari ) , t.i.d ( tiga kali sehari ), q.i.d ( empat kali sehari ), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan.
jika obat mempunyai waktu paruh (t ½ ) yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu .
beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan

5. Benar Cara Pemberian
perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai
rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :

  • oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul . ;
  • sublingual ( di bawah lidah  untuk absorpsi vena ) ;
  • topikal ( dipakai pada kulit ) ;
  • inhalasi ( semprot aerosol ) ;
  • instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina ) ;
  • empat rute parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.
6. Dokumentasikan. Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit.

 

Daftar Pustaka

           BNF 50

           AHFS Drug Information 2005

           MIMS Indonesia 2006/2007

           Drug Fact & Comparisons  2003

           Drug Information Handbook

HEPARIN

SITI AMIYAKUN
04 07 1597
A/KP/VII      

HEPARIN
- Nama & Struktur Kimia : Heparinum
- Sifat Fisikokimia : Serbuk higroskopik, amorf, berwarna putih atau pucat. Larut dalam 20 bagian air.
- Keterangan : Larutan 1% dalam air mempunyai pH : 5.5 - 8.0

Golongan/Kelas Terapi : Obat Yang mempengaruhi darah

Nama Dagang

• Hico
• Inviclot
• Thrombogel (Thrombogel)
• Heparin Sodium B Braun
Bentuk Sediaan
Injeksi IV, Jelly (Sediaan Kombinasi untuk Pengobatan Topikal)



Indikasi
Profilaksis dan terapi pada disorder tromboembolik.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Untuk terapi tromboembolism vena : dosis yang diberikan melalui i.v : 5000 - 10000 unit diikuti dengan infus i.v kontinyu, 1000-2000 unit/jam atau injeksi sub kutan 15000 unit setiap 12 jam.
Untuk profilaksis tromboembolism vena post operasi : 5000 unit, diberikan secara sub kutan, 2 jam sebelum operasi, kemudian setiap 8-12 jam selama 7 hari sampai pasien keluar dari rumah sakit.
Dosis yang sama diberikan untuk mencegah tromboembolism pada wanita hamil pada wanita dengan riwayat trombosis vena atau embolism paru-paru, dosis mungkin ditingkatkan menjadi 10000 unit setiap 12 jam setelah trimester ke tiga.
Untuk penanganan angina tidak stabil atau embolism arterial periferm heparin diberikan melalui infus i.v kontinyu dengan dosis yang sama dengan dosis rekomendasi untuk terapi tromboembolism.
Dosis untuk pencegahan oklusi arteri koroner setelah terapi infark miokardiak adalah 5000 unit diberikan secara i.v diikuti 1000 unit/jam; dosis 12500 unit, sub kutan setiap 12 jam selama 10 hari untuk mencegah terjadinya trombosis.
Farmakologi
Bereaksi dengan thromboplastin dan membentuk persenyawaan komplek antithromboplastin yang menghalangi terbentuknya thrombin dari prothrombin.
Onset kerja antikoagulasi : melalui rute i.v , sub kutan : ~20-30 menit.
Absorpsi : oral, rektal, diabsorpsi baik malalui semua rute pemberian.
Distribusi : tidak melalui plasenta, tidak didistribusikan ke dalam air susu.
Metabolisme : melalui hati, mungkin mengalami metabolisme sebagian pada sistem retikuloendoethelial.
T½ eliminasi ; rata-rata 1.5 jam, rentang 1-2 jam, dipengaruhi oleh obesitas, fungsi ginjal, fungsi hati, adanya tumor, embolism pulmonari, dan infeksi.
Ekskresi : melalui urin (jumlah kecil dalam bentuk obat tidak berubah).
Stabilitas Penyimpanan
Heparin harus disimpan dalam suhu kamar dan dihindari dari penyimpanan beku dan suhu >40°C.
Kontraindikasi
Hipersensitifitas terhadap heparin atau komponen lain dalam sediaan. Semua gangguan perdarahan atau risiko perdarahan : gangguan koagulasi, hemofilia, trombositopenia, penyakit hati berat, ulkus peptikum, perdarahan intrakranial, aneurisma serebral, karsinoma visceral, abortus, retinopati perdarahan hemoroid, tuberculosis aktif, endokarditis.
Efek Samping
Sakit dada, vasospasmus, syok hemoragi, demam, sakit kepala, kedinginan,urtikaria, alopesia, dysesthesia pedis, purpura, ekzema, nekrosis kutan, plak erithemathosus, hiperkalemia, hiperlipidemia, mual, muntah, konstipasi, hemorage, ditemukan darah pada urin, epistaksis, hemoragi adrenal, hemoragi retriperitonial, trombositopenia, peningkatan enzim SGOT, SGPT, ulserasi, nekrosis kutan yang disebabkan oleh injeksi sub kutan, neuropati perifer, osteoporosis, konjungtivitis, hemoptisis, hemoragi pulmonari, asma, artritis, rinitis, bronkospasma, reaksi alergi, reaksi anafilaktik.
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Risiko pendarahan berhubungan dengan heparin dapat ditingkatkan dengan antikoagulan oral (warfarin), trombolitik, dekstran dan obat yang mempengaruhi fungsi platelet (misalnya aspirin, obat antiinflamasi non steroid, dipiridamo, tiklopidin, klopidogrel, antagonis IIb/IIIa.Namun heparin masih digunakan bersamaan dengan terapi trombolitik atau pada awal terapi dengan warfarin untuk memastikan efek antikoagulan dan melindungi kemungkinan hiperkoagulasi transien. Nitrogliserin iv mungkin menurunkan efek antikoagulan heparin.
- Dengan Makanan : Hindari cat's claw, dong quai, teh hijau, bawang putih,ginkgo karena akan menambah aktivitas antiplatelet.
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Faktor resiko : C

- Terhadap Ibu Menyusui : Heparin tidak didistribusi ke dalam air susu

- Terhadap Anak-anak : -

- Terhadap Hasil Laboratorium : Meningkatkan tiroksin (S), meningkatkan prothrombin time (PT), meningkatkan activated partial thromboplastin time (aPPT)

Parameter Monitoring
Jumlah platelet, hemoglobin, hematokrit, tanda-tanda pendarahan
Mekanisme Aksi
Meningkatkan efek antitrombin III dan menginaktivasi trombin (demikian juga dengan faktor koagulan IX, X, XI, XII dan plasmin) dan mencegah konversi fibrinogen menjadi fibrin : heparin juga menstimulasi pembebasan lipase lipoprotein (lipase lipoprotein menghidrolisis trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas).

Peringatan
1.Tempat suntikan : di dinding perut atau beberapa tempat daerah iliaka, gunakan jarum sangat halus, semprit tuberkulin dan lakukan penekanan selama 5 menit untuk mengurangi kemungkinan perdarahan.
2. Hati-hati agar heparin jangan tertinggal pada tempat suntikan. Cara pemberian ini tidak menimbulkan perdarahan spontan, tidak diperlukan pemantauan (monitoring) efek antikoagulan.
3. Harus hati-hati pada penderita dengan riwayat alergi, harus dilakukan tes pendahuluan dengan dosis tidak melebihi 100 IU.
4. Jangan suntik intramuskulus, berisiko iritasi, pendarahan lokal dan hematoma, sedang absorpsi tidak dapat diandalkan. Pemberian intravena hanya boleh dilakukan bila tersedia alat pemantau efek antikoagulan.
5. Harus dilakukan pemeriksaan masa pembekuan darah dan jumlah trombosit.
6. Ada resiko perdarahan spontan selama pengobatan pada usia lanjut, penderita insufisiensi ginjal, jantung.
7. Hindarkan obat berisiko ulkus lambung, menurunkan perlekatan trombosit (adhesiveness).
8. Hentikan heparin bila pada minggu kedua jumlah trombosit menurun diakibatkan peningkatan fibrinogenesis intravaskular.
Daftar Pustaka
Martindale, 34th edition, 2005
Lexi-Comp's Drug Information Handbook - 14th edition, 2006
MIMS 2006/2007

LEVODOPA+ KARBIDOPA

NAMA : EKA SOFIA.W
KELAS: A/KP/VII
NIM : 04.07.1570

Levodopa + Karbidopa


- Nama & Struktur Kimia : 3-Hydroxy-L-tyrosine. C9H11NO4
- Sifat Fisikokimia : Serbuk kristal berwarna putih atau agak berwarna krim. Sedikit larut dalam air, larut baik dalam HCl 1 M, larut sebagian dalam 0,1 M HCl, praktis tidak larut dalam alkohol.
- Keterangan : Larutan 1% dalam air mempunyai pH : 4.5-7.0

Golongan/Kelas Terapi Antiparkinson Nama Dagang

Indikasi
Antiparkinson, agonis dopamin.
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
-
Farmakologi
Levodopa adalah merupakan prekursor dopamin dan digunakan untuk pengobatan parkinson. Obat ini dengan mudahnya dapat memasuki sawar darah otak dimana obat ini dirubah menjadi dopamine. Levodopa aktif terhadap hipokinesia dan kekakuan, terhadap tremor umumnya kurang efektif dibanding dengan obat antikolinergika. Levodopa oral 95 % akan mengalami dekarboksilasi perifer. Untuk mencapai kadar efektif dibutuhkan dosis besar yang disertai efek samping perifer.Karbidopa (penghambat dopa dekarboksilase) dalam dosis terapi tidak melintasi sawar darah – otak. Dengan mencegah metabolisme levodopa ekstraserebral, jumlah dopamine yang terbentuk dalam otak meningkat.Biasanya perbandingan kombinasi levodopa – karbidopa = 10 : 1. Kombinasi ini meningkatkan masa paruh dan kadar plasma levodopa, pada penggunaan kombinasi dosis levodopa dapat diturunkan sampai 75 % sehingga efek samping perifer menurun.
Stabilitas Penyimpanan
Simpan dalam wadah kedap udara, terhindar dari cahaya.
Kontraindikasi
-
Efek Samping
-
Interaksi

- Dengan Obat Lain : Fenotiazin dapat menghambat efek antiparkinson levodopa.MAO non spesifik : efek terapi levodopa akan menurun dan ada risiko hipertensi maka sebaiknya MAO dihentikan dua minggu sebelum pemberian levodopa. Piridoksin menghambat efek antiparkinson levodopa. Fenotiazin, butirofenon, alkaloid rauwalfia, benzodiazepin dan papaverin dapat menurunkan efektifitas levodopa

- Dengan Makanan : Konsentrasi serum puncak levodopa akan menurun jika digunakan bersamaan makanan. Makanan kaya protein (>2 g/kg) menurunkan efikasi levodopa melalui kompetisi dengan asam amino untuk memasuki sawar darah otak.

Pengaruh

- Terhadap Kehamilan : -

- Terhadap Ibu Menyusui : Distribusi karbidopa dan levodopa ke dalam air susu tidak diketahui, gunakan dengan perhatian.

- Terhadap Anak-anak : -

- Terhadap Hasil Laboratorium : Reaksi positif palsu untuk tes glukosa urine

Parameter Monitoring
Tekanan darah, gejala parkinson dan status mental.
Bentuk Sediaan
Tablet Levodopa – Karbidopa 100/10 mg
Tablet Levodopa – Karbidopa 250/25 mg
Peringatan
-
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
Warna urin akan berubah menjadi merah,warna feses berubah menjadi hitam, susah tidur, mimpi buruk
Informasi Pasien
-
Mekanisme Aksi
Parkinson adalah gejala yang ditandai dengan kurangnya dopamin striatal. Leodopa bersirkulasi dalam tubuh menuju sawar darah otak, saat menembus untuk diubah oleh enzim stratial menjadi dopamin.
Monitoring Penggunaan Obat
-
Daftar Pustaka
Martindale, 34th edition, 2005
Lexi-Comp's Drug Information Handbook - 14th edition, 2006
Fenitoin

Riana Nurlatifah
04.07.1592
A.Kp.VII


Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia : 5,5-Difenilhidantoin
- Sifat Fisikokimia : Serbuk, putih, tidak berbau, melebur pada suhu lebih kurang 295°C. Kelarutan praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol panas, sukar larut dalam etanol dingin, dalam kloroform dan dalam eter. (FI IV)
- Keterangan :
golongan/Kelas Terapi
Antiepilepsi, Antikonvulsi

Nama Dagang
- Kutoin 100 - Movileps - Phenilep - Zentropil
- Dilantin

Indikasi
Terapi pada semua jenis epilepsi, kecuali petit mal; status epileptikus (IONI p.153)

Dosis,
Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Oral : dosis awal 3-4 mg/kg/hari atau 150-300 mg/hari, dosis tunggal atau terbagi 2 kali sehari. Dapat dinaikkan bertahap. Dosis lazim : 300 - 400 mg/hari, maksimal 600 mg/hari. ANAK : 5 - 8 mg/kg/hari, dosis tunggal/terbagi 2 kali sehari. Status epileptikus : i.v. lambat atau infus, 15 mg/kg, kecepatan maksimal 50 mg/menit (loading dose). Dosis pemeliharaan sekitar 100 mg diberikan sesudahnya, interval 6-8 jam. Monitor kadar plasma. Pengurangan dosis berdasar berat badan.
(IONI p.153)
Farmakologi
Fenitoin menghambat zat - zat yang bersifat antiaritmia. Walaupun obat ini memiliki efek yang kecil terhadap perangsangan elektrik pada otot jantung, tetapi dapat menurunkan kekuatan kontraksi, menekan pacemaker action, meningkatkan konduksi antrioventrikular, terutama setelah ditekan oleh glikosida digitalis. Obat ini dapat menimbulkan hipotensi jika diberikan secara intravena. Fenitoin memiliki aktivitas hipnotik yang kecil. (AHFS p.2132).

Stabilitas Penyimpanan
Sediaan fenitoin tablet dan suspensi oral harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada temperatur ruang tidak lebih dari 30°C. Sediaan fenitoin lepas lambat harus terhindar dari cahaya dan kelembaban. Sediaan fenitoin suspensi oral tidak boleh dibekukan dan terhindar dari cahaya. Fenitoin injeksi harus disimpan pada suhu 15 - 30°C dan tidak boleh dibekukan. Endapan dapat timbul jika injeksi fenitoin didinginkan atau dibekukan, tetapi dapat melarut kembali pada temperatur kamar. Injeksi fenitoin tidak boleh digunakan jika larutan tidak jernih atau terdapat endapan, tetapi larutan injeksi fenitoin kadang berwarna sedikit kekuningan yang tidak mempengaruhi efektivitas obat. Endapan dari fenitoin bebas timbul pada pH <= 11,5. (AHFS p.2136).

Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap fenitoin atau hidantoin lain, komponen sediaan obat, kehamilan.

Efek Samping
Gangguan saluran cerna, pusing, nyeri kepala, tremor, insomnia, neuropati perifer, hipertrofi gingiva, ataksia, bicara tak jelas, nistagmus, penglihatan kabur, ruam, akne, hirsutisme, demam, hepatitis, lupus eritematosus, eritema multiform, efek hematologik (leukopenia, trombositopenia, agranulositosis). (IONI p.153)

Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Analgetik : Kadar plasma fenitoin dinaikkan oleh asetosal, azapropazon dan fenilbutazon.
Antasida : Menurunkan absorpsi fenitoin.
Antiaritmia : Amiodaron menaikkan kadar plasma fenitoin; fenitoin menurunkan kadar plasma disopiramid, meksiletin, dan kinidin.
Antibakteri : Kadar plasma fenitoin dinaikkan oleh kloramfenikol, sikloserin, isoniazid dan metronidazol; kadar plasma fenitoin dan efek antifolat ditingkatkan oleh kotrimoksazol dan trimetoprim
dan mungkin juga oleh sulfonamida lain; kadar plasma fenitoin diturunkan oleh rifamisin; kadar plasma doksisiklin diturunkan oleh fenitoin.
Antikoagulan : Metabolisme nikumalon dan warfarin dipercepat (kemungkinan efek antikoagulan menurun, tetapi juga dilaporkan adanya peningkatan)
Antidepresan : Antagonisme efek antikonvulsan (ambang kejang diturunkan); fluoksetin, fluroksamin, dan viloksazin menaikkan kadar plasma fenitoin; fenitoin menurunkan kadar plasma mianserin, paroksetin, dan trisiklik.
Antidiabetik : Kadar plasma fenitoin untuk sementara ditingkatkan oleh tolbutamid (kemungkinan toksisitas)
Antiepileptik lain : Pemberian bersama dua atau lebih antiepileptik dapat meningkatkan toksisitas tanpa diikuti peningkatan khasiat anti epileptik; selain itu interaksi antar antiepileptik dapat menyulitkan pemantauan pengobatan; interaksi meliputi peningkatan efek, peningkatan sedasi,dan penurunan kadar plasma.
Antijamur : Kadar plasma fenitoin dinaikkan oleh flukonazol dan mikonazol; kadar plasma itrakonazol dan ketokonazol diturunkan
Antimalaria : Antagonisme efek antikonvulsan; peningkatan risiko efek antifolat dengan pirimetamin
Obat-obat antiplatelet : Kadar plasma fenitoin ditingkatkan oleh asetosal
Antipsikotik : Antagonisme efek antikonvulsan (ambang kejang direndahkan); fenitoin mempercepat metabolisme klozapin dan sertindol (menurunkan kadar plasma)
Antivirus : Kadar plasma fenitoin dinaikkan atau diturunkan oleh zidovudin
Ansiolitik dan hipnotik : Diazepam dan mungkin benzodiazepin lain menaikkan atau menurunkan kadar plasma fenitoin.
Antagonis kalsium : Diltiazem dan nifedipin menaikkan kadar plasma fenitoin; efek felodipin, isradipin, dan mungkin diltiazem, nikardipin, nifedipin, dan verapamil dikurangi.
Glikosida jantung : metabolisme digitoksin (hanya digitoksin) dipercepat (menurunkan efek)
kortikosteroida : metabolime kortikosteroida dipercepat (menurunkan efek)
Siklosporin : Metabolisme siklosporin dipercepat (menurunkan kadar Plasma)
Sitotoksika : Mengurangi absorpsi fenitoin; efek antifolat dinaikkan dengan metotreksat
Disulfiram : Kadar plasma fenitoin dinaikkan
Estrogen dan progesteron : Metabolisme gestrinon, tibolon, dan kontrasepsi oral dipercepat (menurunkan efek kontrasepsi)
Simpatomimetik : Kadar plasma fenitoin dinaikkan oleh metilfenidat
Teofilin : Metabolisme teofilin dipercepat
Tiroksin : Metabolisme tiroksin dipercepat (bisa menaikkan kebutuhan akan tiroksin pada hipotiroidisme)
Obat - obat antiulkus : Simetidin menghambat metabolisme (menaikkan kadar plasma fenitoin); sukralfat mengurangi absorpsi; omeprazol menambah efek fenitoin
Urikosurika : Kadar plasma fenitoin ditingkatkan oleh sulfinpirazon
Vaksin : Efek dinaikkan oleh vaksin influenza
Vitamin : Kadar plasma fenitoin kadang diturunkan oleh asam folat; kebutuhan akan vitamin D mungkin meningkat

- Dengan Makanan : Makanan dapat mempengaruhi kadar obat dalam darah. Jika diberikan bersamaan dengan nutrisi enteral, bioavailabilitas fenitoin akan turun. Nutrisi enteral diberikan 2 jam sebelum atau sesudah pemberian fenitoin. Dapat menurunkan kadar kalsium, asam folat dan vitamin D yang berasal dari makanan.

Pengaruh
- Terhadap Kehamilan :
Faktor resiko kelas D :
Terbukti positip dapat berisiko menyebabkan kematian pada janin.
Tetapi jika manfaat pemberian melebihi risiko yang dapat ditimbulkan terhadap ibu hamil maka dapat digunakan(misal: jika obat dibutuhkan pada keadaan mengancam jiwa atau untuk penyakit serius dimana tidak ada obat lain yang lebih aman untuk dapat digunakan) (Lexy-comp p.940)

Malformasi kongenital, suplemen asam folat yang cukup harus diberikan pada ibu hamil (mis.asam folat 5 mg/hari). Ada kemungkinan dapat menyebabkan defisiensi vitamin K dan risiko perdarahan neonatus.
Jika vitamin K tidak diberikan sewaktu masa akan melahirkan, maka neonatus harus diawasi dengan ketat jika terdapat tanda - tanda perdarahan. (BNF -51 p.243)

- Terhadap Ibu Menyusui : Terdapat dalam air susu Ibu dalam jumlah sedikit. Sebaiknya dihindari. (BNF 51 p,243)

- Terhadap Anak-anak : -

- Terhadap Hasil Laboratorium : -

Parameter Monitoring
Perlu dilakukan monitoring terhadap tekanan darah, kadar fenitoin dalam darah, fungsi hati.

Bentuk Sediaan

Tablet, Kapsul, Suspensi Oral, Injeksi

Peringatan

Hati-hati pada gangguan fungsi hati (dosis diturunkan), hindari pemutusan obat dengan tiba-tiba, hindari pada porifiria. (BNF 51 p.243)

Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus

-

Informasi Pasien
Kocok terlebih dahulu jika menggunakan obat dengan bentuk sediaan suspensi oral. Jangan mengganti sediaan obat atau dosis tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, jangan sampai lupa minum obat, Obat ini dapat menyebabkan kantuk, sakit kepala, ataksia, dan hilangnya koordinasi; obat ini diminum setelah atau bersama dengan makanan, jangan memecah atau membuka kapsul dari obat. (Lexy-comp p.940)

Mekanisme Aksi
Menstabilisasi membran saraf dan menurunkan aktivitas kejang dengan meningkatkan eflux atau menurunkan effux dari ion natrium yang melewati membran sel pada kortek motorik dari impuls saraf. Memperpanjang effective refractory period dan memperpendek potensial aksi di jantung. (Lexy-comp p.940)

Monitoring Penggunaan Obat

-

Daftar Pustaka
IONI
BNF 51
Drug Information Handbook -Lexy-comp
AHFS
FI edisi IV

Senin, 25 Oktober 2010

BARBITURAT

BARBITURAT
Anastesi dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tiada rasa sakit. Anastesi digunakan pada pembedahan dengan maksud mencapai keadaan pingsan, merintangi rangsangan nyeri (analgesik) serta menimbulkan pelemasan otot (relaksasi).1
Usaha menekan rasa nyeri pada tindakan operasi dengan menggunakan obat telah dilakukan sejah zaman dahulu termasuk pemberian alcohol dan opium secara oral. Tahun 1846, William morton, di Boston, pertama kali menggunakan obat anastesi dietil eter untuk menghilangkan nyeri operasi. Pada tahun yang sama, Jame Simpson, di Skotlandia, menggunakan kloroform yang 20 tahun kemudian diikuti dengan penggunaan nitrogen oksida, yang diperkenalkan oleh Davy pada era tahun 1790. pada tahun 1930 an, dunia anastesi mulai mengenal anastesi modern dengan pemberian obat-obat golongan barbiturat (tiopental) yang digunakan untuk efek hipnotik dan sedatif yang diberikan secara intravena.2
Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP), mulai yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan , hingga yang berat (kecuali benzodiazepine) yaitu hilangnya kesadaran, koma dan mati bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi obat sedasi menekan aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan dan menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis, contohnya Barbiturat.3,8
A. Deskripsi Barbiturat
Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai hipnotik dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang spesifik, barbiturat telah banyak digantikan dengan benzodiazepine yang lebih aman, pengecualian fenobarbital, yang memiliki anti konvulsi yang masih banyak digunakan.2
Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam barbiturat (2,4,4-trioksoheksahidropirimidin) merupakan hasil reaksi kondensasi antara ureum dengan asam malonat.3,8
Susunan Saraf Pusat efek utama barbiturat ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnosis, koma sampai dengan kematian. Efek antianseitas barbiturat berhubungan dengan tingkat sedasi yang dihasilkan. Efek hipnotik barbiturat dapat dicapai dalam waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi yang mengganggu. Efek anastesi umumnya diperlihatkan oleh golongan tiobarbital dan beberapa oksibarbital untuk anastesi umum. Untuk efek antikonvulsi umumnya diberikan oleh berbiturat yang mengandung substitusi 5-fenil misalnya fenobarbital.1,3,7,8
Pada SSP
Barbiturat berkerja pada seluruh SSP, walaupun pada setiap tempat tidak sama kuatnya. Dosis nonanastesi terutama menekan respon pasca sinap. Penghambatan hanya terjadi pada sinaps GABA-nergik. Walaupun demikian efek yang terjadi mungkin tidak semuanya melalui GABA sebagai mediator.
Barbiturat memperlihatkan beberapa efek yang berbeda pada eksitasi dan inhibisi transmisi sinaptik. Kapasitas berbiturat membantu kerja GABA sebagian menyerupai kerja benzodiazepine, namun pada dosis yang lebih tinggi dapat bersifat sebagai agonis GABA-nergik, sehingga pada dosis tinggi barbiturat dapat menimbulkan depresi SSP yang berat.7,8
Pada susunan saraf perifer
Barbiturat secara selektif menekan transmisi ganglion otonom dan mereduksi eksitasi nikotinik oleh esterkolin. Efek ini terlihat dengan turunya tekanan darah setelah pemberian oksibarbital IV dan pada intoksikasi berat.8
Pada pernafasan
Barbiturat menyebabkan depresi nafas yang sebanding dengan besarnya dosis. Pemberian barbiturat dosis sedatif hampir tidak berpengaruh terhadap pernafasan, sedangkan dosis hipnotik menyebabkan pengurangan frekuensi nafas. Pernafasan dapat terganggu karena : (1) pengaruh langsung barbiturat terhadap pusat nafas; (2) hiperefleksi N.vagus, yang bisa menyebabkan batuk, bersin, cegukan, dan laringospasme pada anastesi IV. Pada intoksikasi barbiturat, kepekaan sel pengatur nafas pada medulla oblongata terhadap CO2 berkurang sehingga ventilasi paru berkurang. Keadaan ini menyebabkan pengeluaran CO2 dan pemasukan O2 berkurang, sehingga terjadilah hipoksia.1,3,7
Pada Sistem Kardiovaskular
Barbiturat dosis hipnotik tidak memberikan efek yang nyata pada system kardiovaskular. Frekuensi nadi dan tensi sedikit menurun akibat sedasi yang ditimbulkan oleh berbiturat. Pemberian barbiturat dosis terapi secara IV dengan cepat dapat menyebabkan tekanan darah turun secara mendadak. Efek kardiovaskular pada intoksikasi barbiturat sebagian besar disebabkan oleh hipoksia sekunder akibat depresi nafas. Selain itu pada dosis tinggi dapat menyebabkan depresi pusat vasomotor diikuti vasodilatasi perifer sehingga terjadi hipotensi.1,2,8
Pada Saluran Cerna
Oksibarbiturat cenderung menurunkan tonus otot usus dan kontraksinya. Pusat kerjanya sebagian diperifer dan sebagian dipusat bergantung pada dosis. Dosis hipnotik tidak memperpanjang waktu pengosongan lambung dan gejala muntah, diare dapat dihilangkan oleh dosis sedasi barbiturat.1,3
Pada Hati
Barbiturat menaikan kadar enzim, protein dan lemak pada retikuloendoplasmik hati. Induksi enzim ini menaikan kecepatan metabolisme beberapa obat dan zat endogen termasuk hormone stroid, garam empedu, vitamin K dan D.3
Pada Ginjal
Barbiturat tidak berefek buruk pada ginjal yang sehat. Oliguri dan anuria dapat terjadi pada keracunan akut barbiturat terutama akibat hipotensi yang nyata.7,8
B. Farmakokinetik
Barbiturat secara oral diabsorpsi cepat dan sempurna dari lambung dan usus halus kedalam darah. Secara IV barbiturat digunakan untuk mengatasi status epilepsi dan menginduksi serta mempertahankan anastesi umum. Barbiturat didistribusi secara luas dan dapat melewati plasenta, ikatan dengan protein plasma sesuai dengan kelarutan dalam lemak; tiopental yang terbesar.7
Barbiturat yang mudah larut dalam lemak, misalnya tiopental dan metoheksital, setelah pemberian secara IV, akan ditimbun di jaringan lemak dan otot. Hal ini akan menyebabkan kadarnya dalam plasma dan otak turun dengan cepat. Barbiturat yang kurang lipofilik, misalnya aprobarbital dan fenobarbital, dimetabolisme hampir sempurna didalam hati sebelum diekskresi di ginjal. Pada kebanyakan kasus, perubahan pada fungsi ginjal tidak mempengaruhi eliminasi obat. Fenobarbital diekskresi ke dalam urine dalam bentuk tidak berubah sampai jumlah tertentu (20-30 %) pada manusia.
Faktor yang mempengaruhi biodisposisi hipnotik dan sedatif dapat dipengaruhi oleh berbagai hal terutama perubahan pada fungsi hati sebagai akibat dari penyakit, usia tua yang mengakibatkan penurunan kecepatan pembersihan obat yang dimetabolisme yang terjadi hampir pada semua obat golongan barbiturat.
C. Indikasi
Penggunaan barbiturat sebagai hipnotik sedatif telah menurun secara nyata karena efek terhadap SSP kurang spesifik yang telah banyak digantikan oleh golongan benzodiazepine. Penggunaan pada anastesi masih banyak obat golongan barbiturat yang digunakan, umumnya tiopental dan fenobarbital.1,4,5,6,7,8
• Tiopental
1. Di gunakan untuk induksi pada anestesi umum.
2. Operasi yang singkat (reposisi fraktur, insisi, jahit luka).
3. Sedasi pada analgesik regional
4. Mengatasi kejang-kejang pada eklamsia, epilepsi, dan tetanus
• Fenobarbital
1. Untuk menghilangkan ansietas
2. Sebagai antikonvulsi (pada epilepsi)
3. Untuk sedatif dan hipnotik
D. Kontra Indikasi
Barbiturat tidak boleh diberikan pada penderita alergi barbiturat, penyakit hati atau ginjal, hipoksia, penyakit Parkinson. Barbiturat juga tidak boleh diberikan pada penderita psikoneurotik tertentu, karena dapat menambah kebingungan di malam hari yang terjadi pada penderita usia lanjut.3,4,5
E. Efek Samping2,7,8
Hangover, Gejala ini merupakan residu depresi SSP setelah efek hipnotik berakhir. Dapat terjadi beberapa hari setelah pemberian obat dihentikan. Efek residu mungkin berupa vertigo, mual, atau diare. Kadang kadang timbul kelainan emosional dan fobia dapat bertambah berat.
Eksitasi paradoksal, Pada beberapa individu, pemakaian ulang barbiturat (terutama fenoberbital dan N-desmetil barbiturat) lebih menimbulkan eksitasi dari pada depresi. idiosinkrasi ini relative umum terjadi diantara penderita usia lanjut dan lemah.
Rasa nyeri, Barbiturat sesekali menimbulkan mialgia, neuralgia, artalgia, terutama pada penderita psikoneurotik yang menderita insomnia. Bila diberikan dalam keadaan nyeri, dapat menyebabkan gelisah, eksitasi, dan bahkan delirium.
Alergi, Reaksi alergi terutama terjadi pada individu alergik. Segala bentuk hipersensitivitas dapat timbul, terutama dermatosis. Jarang terjadi dermatosis eksfoliativa yang berakhir fatal pada penggunaan fenobarbital, kadang-kadang disertai demam, delirium dan kerusakan degeneratif hati.
Reaksi obat, Kombinasi barbiturat dengan depresan SSP lain misal etanol akan meningkatkan efek depresinya; Antihistamin, isoniasid, metilfenidat, dan penghambat MAO juga dapat menaikkan efek depresi barbiturat.
F. Posologi
Tabel 1. Nama obat, Bentuk sediaan dan Dosis Hipnotik Sedatif
Nama obat Bentuk sediaan Dosis dewasa (mg)
Sedatif Hipnotik
Amobarbital
Aprobarbital
Butabarbital
Pentobarbital
Sekobarbital
fenobarbital K,T,I,P
E
K,T,E
K,E,I,S
K,T,I
K,T,E,I 30-50 2-3xd 65-200
40 3xd 40-160
15-30 3-4xd 50-100
20 3-4xd 100
30-50 3-4xd 50-200
15-40 2-3xd 100-320
Dimodifikasi dari Goodman and Gilman, 1990
Keterangan :
K : kapsul, E : eliksir, I : injeksi, L : larutan, P : bubuk, S : supositoria, T : tablet
A. Intoksikasi
Intoksikasi barbiturat dapat terjadi karena percobaan bunuh diri, kelalaian, kecelakaan pada anak-anak atau penyalahgunaan obat. Dosis letal barbiturat sangan bervariasi. Keracunan berat umumnya terjadi bila lebih dari 10 kali dosis hipnotik dimakan sekaligus. Dosis fatal fenobarbital adalah 6-10 g, sedangkan amobarbital, sekobarbital, dan pentobarbital adalah 2-3 g. kadar plasma letal terendah yang dikemukakan adalah 60 mcg/ml bagi fenobarbital, dan 10 mcg/ml bagi barbiturat dengan efek singkat, misal amobarbital dan pentobarbital.1,3,8
Gejala simtomatik keracunan barbiturat ditunjukan terutama terhadap SSP dan kardiovaskular. Pada keracunan berat, reflek dalam mungkin tetap ada selama beberapa waktu setelah penderita koma. Gejala babinzki sering kali positif. Pupil mata mungkin kontraksi dan bereaksi terhadap cahaya, tapi pada tahap akhir keracunan mungkin dapat terjadi dilatasi. Gejala intoksikasi akut yang bahaya ialah depresi pernafasan berat, tekanan darah turun rendah sekali, oligiuria dan anuria.3
B. Pengobatan Intoksikasi
Intoksikasi barbiturat akut dapat diatasi dengan maksimal dengan pengobatan simtomatik suportif yang umum.
Dalamnya koma dan ventilasi yang memadai adalah yang pertama dinilai. Bila keracunan terjadi < 24 jam sejak makan obat, tindakan cuci lambung dan memuntahkan obat perlu dipertimbangkan, sebab barbiturat dapat mengurangi motilitas saluran cerna. Tindakan cuci lambung serta memuntahkan obat perlu dilakukan hanya setelah tindakan untuk menghindari aspirasi dilakukan. Setelah cuci lambung, karbon aktif dan suatu pencahar (sarbitol) harus diberikan. Pemberian dosis ulang karbon (setelah terdengar bising usus) dapat mempersingkat waktu paruh fenobarbital. Pengukuran fungsi nafas perlu dilakukan sedini mungkin. Pco2 dan O2 perlu dimonitor, dan pernafasan buatan harus dimulai bila diindikasikan.1,7,3
Pada keracunan barbiturat akut yang berat, syok merupakan ancaman utama. Sering kali penderita dikirim ke rumah sakit dalam keadaan hipotensi berat atau syok, dan dehidrasi yang berat pula. Hal ini segara diatasi, bila perlu tekanan darah dapat ditunjang dengan dopamine
C. Interaksi Obat
Interaksi obat yang paling sering melibatkan hipnotik-sedatif adalah interaksi dengan obat depresan susunan saraf pusat lain, yang menyebabkan efek aditif. Efek aditif yang jelas dapat diramalkan dengan penggunaan minuman beralkohol, analgesik narkotik, antikonvulsi, fenotiazin dan obat-obat anti depresan golongan trisiklik.1,2




DAFTAR PUSTAKA
1. Katzung, 1998, Farmakologi Dasar dan Klinis, Staf Dosen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Hal : 351-366
2. Tjay dan Rahardja, 2003, Obat-obat Penting, PT Elex Media Komputindo Klompok Gramedia, Jakarta, Hal :357-369
3. H. Sarjono, Santoso dan Hadi R D., 1995., Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia., Jakarta., Hal: 124-139
4. Muhiman, Dkk, 1989, Anastesiologi, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Indonesia., Jakarta., Hal: 65-69
5. ,2000, catatan kuliah Anastesiologi, bagianAnastesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Hal : 16-18
6. Latief S. A, Suryadi K. A, dan Dachlan M. R., 2001., Edisi II, Petunjuk Praktis Anestesiologi, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Indonesia., Jakarta., Hal: 77-83, 161
7. www.home.intekom.com
8. www.drugs.com

USWAH AMIN SUTRIMAH
0407 1604
A/KP/VII

PIRACETAM

SAGITA ELVIRADYANI
A/KP/VII
04.07.1593





PIRACETAM
Piracetam yang merupakan derivat dari GABA diketahui mempunyai potenis sebagai antiiskemik, dan dapat mengembalikan perfusi yang abnormal pada kasus stroke dan demensia dan juga menurunkan keruskaan sel yang diinduksi oleh suatu jejas iskemik lokal. Walaupun penggunaan piracetam untuk post concussion ini sudah hampir 25 tahun namun studi-studi klinis untuk menilai efektivitas penggunaan piracetam pada PCS yang dengan disain dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah memang sangat sangat sedikit.
Salah satu studi klinis yang dilakukan oleh Agrawal D. dkk., ini adalah adalah studi preliminari yang bersifat prospektif dengan desain acak, dengan pembanding plasebo. Hasil studi yang dipublikasikan dalam Jurnal Indian Journal of Neurotrauma Mei tahun 2007 merupakan salah satu studi penggunaan piracetam untuk kasus gejala pasca trauma kepala. Studi yang melibatkan sebanyak 10 subyek yang mendapat piracetam 2,4 gram perhari dan sebanyak 10 subyek sebagai pembanding. Lama pemberian enam minggu. subyek yang mengikuti studi ini adalah pasien pasca trauma kepala yang secara klinis sudah disesuaikan dengan kriteri tentang PCS dari American Congress of Rehabilitation Medicine tentang mild traumatic brain injury yaitu meliputi: 1) kehilangan kesadaran tidak melebihi 30 menit. 2) setelah 30 menit skor GCS menjadi sekitar 13 – 15, dan 3) posttraumatic amnesia tidak melebihi 24 jam.Parameter yang dievaluasi adalah perfusi jaringan otak yang dihitung berdasarkan rasio rata-rata perfusi daerah yang rusak dengan daerah yang tidak terkena kerusakan. Pengukuran perfusi ini dilakuakn dengan alat yang disebut dengan SPECT (single photon emission computed tomography).
Hasil dari studi tersebut menujukkan bahwa rasio perfusi jaringan otak pada kelompok yang mendapatkan piracetam meningkat secara bermakna jika dibandingkan dengan kelompok yang mendapat plasebo, yaitu masing-masing: 0,959 vs 0,882 dengan P <0,001; 95% CI -,0114, - 0,038). 9/10 pasien (90%) terjadi perbaikan dari gejala-gejala PCS dibandingkan dengan kelompok plasebo yang hanya 3/10 (30%).
Kesimpulan dari studi tersebut menujukkan bahwa, defek perfusi serebral yang terlihat dengan pemeriksaan SPECT mungkin berhubungan dengan manifestasi klinis PCS. Dan dosis rendah piracetam dapat memperbaiki aliran darah regional dari otak dan mengembalikan abnormalitas pada pasien ini.







Macam-macam obatnya :
Piracetam Injeksi
Injeksi IM/IV
Infus IV
Komposisi:
Tiap ml mengandung:
Piracetam 200 mg
Farmakologi:
Piracetam adalah suatu nootropic-Agent.
Indikasi:
Pengobatan infark serebral
Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap piracetam.
Gangguan ginjal berat (bersihan kreatinin < 20 ml/menit)
Dosis:
Dosis umum: 1 gram 3 x 1 sehari IV atau IM.
Cara penggunaan:
Intramuskular dan intravena, dapat juga diberikan bersama infus.
Larutan injeksi piracetam dapat diberikan bersamaan dengan Glukosa 5%, 10%, 20%. Fruktosa 5%, 10%, 20%, Levulosa 5%, NaCl Isotonik (0,9%). Dekstran 40 10% dalam NaCl 0,9%. Dekstran 75,6% dalam larutan NaCl 0,9%. Ringer, Ringer-laktat. Manitol – Rheo Macrodex dalam larutan HES (Hydroxyethyl Starch) 6%. Larutan injeksi piracetam stabil dalam infus di atas kurang dari 24 jam.


Efek samping:
Rasa gugup, agitasi, iritabilitas, rasa lelah dan gangguan tidur. Gangguan saluran cerna misalnya: nausea, muntah, diare, dan gastralgia. Yang jarang terjadi adalah pusing-pusing, sakit kepala, tremor, peningkatan libido. Mulut kering, penambahan berat badan dan umumnya reaksi hipersensitivitas dermatologik.
Peringatan dan perhatian:
• Hati-hati pada penderita gangguan fungsi ginjal karena piracetam diekskresikan terutama melalui ginjal sehingga perlu dilakukan pengamatan fungsi ginjal.
• Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui. Perlu dilakukan evaluasi hasil yang didapat selama 3 bulan pertama kehamilan atau menyusui. Piracetam belum dinyatakan aman digunakan pada wanita hamil.
• Piracetam dapat melalui sawar plasenta.
Interaksi obat:
Pemberian bersama dengan ekstrak tiroid, menyebabkan confusion, iritabilitas dan gangguan tidur.
Kemasan dan nomor registrasi:
PIRACETAM injeksi; Kotak, 10 ampul @ 5 ml; GKL0305032343A1
PIRACETAM Injeksi; Kotak, 4 ampul @ 15 ml; GKL0305032343A1
PIRACETAM Infus; botol @ 60 ml; GKL0305032343A2
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
SIMPAN PADA SUHU KAMAR (25-30ºC), TERLINDUNG DARI CAHAYA.



Piracetam 1200 mg

Komposisi:
Tiap kaptab salut selaput mengandung piracetam 1200 mg.
Indikasi:
Gejala-gejala involusi yang berhubungan dengan usia lanjut seperti kemunduran daya pikir, astenia, gangguan adaptasi, reaksi psikomotorik yang terganggu.
Alkoholisme kronik dan adiksi
Pre-delirium, delirium tremens, gangguan fungsi dan kemunduran intelegensia yang diakibatkan oleh alkoholisme kronik (gangguan ingatan, konsentrasi pikiran, perhatian dan intelegensia), pengobatan detoksikasi (untuk gangguan karena penghentian obat secara mendadak, gangguan selera makan dan defisiensi).
Gejala paska-trauma:
Disfungsi serebral sehubungan dengan pasca-trauma (sakit kepala, vertigo, agitasi, gangguan ingatan dan astenia).
Dosis:
Gejala psikomotorik yang disebabkan oleh usia lanjut:
Dosis awal:
2,4 g (2 kaptab salut selaput 1200 mg) sehari selama 6 minggu. Dianjurkan dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan. Dosis pemeliharaan: 1,2 g sehari.
Gejala pasca trauma:
Pada umumnya diberikan dengan dosis 1,2 – 4,8 g/hari terbagi dalam 2 atau 3 dosis.
Lama Pengobatan:
Pada beberapa kasus akut, efek piracetam segera tampak, sedangkan pada kasus lainnya perbaikan biasanya terjadi pada minggu ketiga. Untuk mempercepat perbaikan, maka sebaiknya pengobatan dilanjutkan.
Kemasan:
Ktk 50
• Piracetam 200 mg/mL injeksi ( 1 box berisi 4 ampul @ 15 mL ), No. Reg : GKL0308509643A1.
• Piracetam 200 mg/mL injeksi ( 1 box berisi 10 ampul @ 5 mL ), No. Reg : GKL0308509643A1.
• Piracetam 400 mg tablet ( 1 box berisi 5 strip @ 10 tablet ), No. Reg : GKL0308508817A1
• Piracetam 800 mg kaplet ( 1 box berisi 5 strip @ 10 kaplet ), No. Reg : GKL0308508909A1
• Piracetam 1200 mg kaplet ( 1 box berisi 3 strip @ 10 kaplet, No. Reg : GKL0408508909B1

.: Indikasi :.
Sediaan injeksi : Pengobatan infark serebral.
Sediaan oral : Gejala involusi yang berhubungan dengan usia lanjut, alkoholisme kronik dan adiksi; dan gejala pasca trauma.
.: Kontra Indikasi :.
• Penderita dengan insufisiensi ginjal yang berat (bersihan kreatinin < 20 mL / min).
• Penderita yang hipersensitif terhadap piracetam atau derivat pirolidon lainnya, termasuk komponen obat.
• Penderita dengan cerebral haemorrhage.
.: Dosis :. Piracetam injeksi
• Dosis yang dianjurkan : 1 gram 3 x sehari, intravena.
Piracetam oral
• Simptom Psikis – Organik yang berhubungan dengan usia lanjut : Dosis awal perhari : 2,4 gram ( 6 tablet 400 mg atau 3 kaplet 800 mg atau 2 kaplet 1200 mg) terbagi dalam 2 – 3 waktu selama 6 minggu, diikuti dengan 1,2 gram / hari sebagai dosis perawatan.
• Simptom Post – Trauma : Dosis rata-rata : dosis awal : 2 tablet 400 mg atau 1 kaplet 800 mg, 3 kali sehari. Jika efek yang diharapkan telah tercapai, kurangi dosis secara bertahap menjadi 1 tablet 400 mg atau ½ kaplet 800 mg.
Lama pengobatan : Pada beberapa kasus akut, efek dari piracetam segera terlihat, sementara pada kasus lainnya, simptom mereda biasanya setelah minggu ketiga pemberian. Agar piracetam lebih efektif, pengobatan yang berkesinambungan sangat dianjurkan.
.: Efek Samping :.
Efek samping yang pernah dilaporkan selama pengobatan :
• Nervousness, irritabilitas, insomnia, anxietas, tremor dan agitasi. Pada beberapa pasien telah dilaporkan : fatigue dan somnolence.
• Gangguan gastro-intestinal (nausea, vomiting, diare, gastralgia, sakit kepala, dan vertigo) pernah dilaporkan. Efek samping lain yang kadang kala terjadi : mulut kering, meningkatnya libido, meningkatnya berat badan dan reaksi hipersensitif pada kulit.
.: Peringatan dan Perhatian :.
• Oleh karena piracetam seluruhnya dieliminasi melalui ginjal, peringatan harus diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal, oleh karena itu dianjurkan melakukan pengecekan fungsi ginjal.
• Oleh karena efek piracetam pada agregasi platelet, peringatan diberikan pada penderita dengan ganggguan hemostasis, operasi besar atau pendarahan berat.
• Hindari penghentian obat secara tiba-tiba, karena dapat menginduksi mioklonus atau kejang umum pada penderita mioklonus.
.: Interaksi Obat :. Pernah dilaporkan adanya satu kasus gangguan konfusi, irritabilitas, dan gangguan tidur, pada pemberian bersama dengan ekstrak tiroid ( T3+T4). .: Lain-lain :.
Penyimpanan:
Penyimpanan Piracetam injeksi pada suhu 15–25°C Penyimpanan Piracetam oral pada suhu 25–30°C
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

PIRACETAM 1200MG TAB@30 GHX
Kandungan
Piracetam
Indikasi
Gejala involusi yg berhubungan dg usia lanjut, astenia, alkoholisme kronis & adiksi, gejala pasca trauma
Kontra Indikasi
Ggn ginjal berat (bersihan kreatinin <20 mL/menit)
Efek Samping
Rasa gugup, agitasi, iritabilitas, rasa lelah, ggn tidur, mual, muntah, diare, gastralgia, pusing, sakit kepala, tremor, peningkatan libido, kegelisahan ringan
Perhatian
Hipersensitif thd pirasetam, ggn fungsi ginjal, hamil, laktasi
Dosis
Oral Gejala psiko-organik sehubungan dg usia lanjut Awal 2.4 g/hr selama 6 minggu dilanjutkan dg dosis pemeliharaan 1.2 g/hr. Gejala pasca trauma Awal 800 mg 3 x/hr, bila efek yg diinginkan sdh diperoleh dosis dikurangi bertahap s/d 400 mg 3 x/hr
Interaksi
Ggn ginjal berat (bersihan kreatinin <20 mL/menit)
Kemasan
Ggn ginjal berat (bersihan kreatinin <20 mL/menit)

PIRACETAM 1200MG TAB@30 GHX
Kandungan
Piracetam
Indikasi
Gejala involusi yg berhubungan dg usia lanjut, astenia, alkoholisme kronis & adiksi, gejala pasca trauma
Kontra Indikasi
Ggn ginjal berat (bersihan kreatinin <20 mL/menit)
Efek Samping
Rasa gugup, agitasi, iritabilitas, rasa lelah, ggn tidur, mual, muntah, diare, gastralgia, pusing, sakit kepala, tremor, peningkatan libido, kegelisahan ringan
Perhatian
Hipersensitif thd pirasetam, ggn fungsi ginjal, hamil, laktasi
Dosis
Oral Gejala psiko-organik sehubungan dg usia lanjut Awal 2.4 g/hr selama 6 minggu dilanjutkan dg dosis pemeliharaan 1.2 g/hr. Gejala pasca trauma Awal 800 mg 3 x/hr, bila efek yg diinginkan sdh diperoleh dosis dikurangi bertahap s/d 400 mg 3 x/hr
Interaksi
Ggn ginjal berat (bersihan kreatinin <20 mL/menit)
Kemasan
Ggn ginjal berat (bersihan kreatinin <20 mL/menit)

PIRACETAM 1200MG TAB@30 GHX
Kandungan
Piracetam
Indikasi
Gejala involusi yg berhubungan dg usia lanjut, astenia, alkoholisme kronis & adiksi, gejala pasca trauma
Kontra Indikasi
Ggn ginjal berat (bersihan kreatinin <20 mL/menit)
Efek Samping
Rasa gugup, agitasi, iritabilitas, rasa lelah, ggn tidur, mual, muntah, diare, gastralgia, pusing, sakit kepala, tremor, peningkatan libido, kegelisahan ringan
Perhatian
Hipersensitif thd pirasetam, ggn fungsi ginjal, hamil, laktasi
Dosis
Oral Gejala psiko-organik sehubungan dg usia lanjut Awal 2.4 g/hr selama 6 minggu dilanjutkan dg dosis pemeliharaan 1.2 g/hr. Gejala pasca trauma Awal 800 mg 3 x/hr, bila efek yg diinginkan sdh diperoleh dosis dikurangi bertahap s/d 400 mg 3 x/hr
Interaksi
Ggn ginjal berat (bersihan kreatinin <20 mL/menit)
Kemasan
Ggn ginjal berat (bersihan kreatinin <20 mL/menit)

GOLONGAN GENERIK

Piracetam.

INDIKASI

Infark serebral. Gejala involusi yang berhubungan dengan usia lanjut (astenia, kemunduran daya pikir, gangguan adaptasi, gangguan reaksi psikomotorik, alkoholisme kronik dan adiksi, disfungsi serebral sehubungan dengan akibatpasca trauma (sakit kepala, vertigo, agitasi, gangguan ingatan, astenia).


KONTRA INDIKASI
gangguan ginjal berat (bersihan kreatinin kurang dari 20 mL/menit).Hipersensitif terhadap piracetam dan komponen obat ini.

PERHATIAN
Gangguan fungsi ginjal. Hamil, laktasi.

EFEK SAMPING
Agitasi, rasa gugup, iritabilitas, rasa lelah, gangguan tidur. Gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare, gastralgia), pusing, sakit kepala, tremor, peningkatan libido, kegelisahan ringan.


KEMASAN
Tablet salut selaput 800 mg x 5 x 10's.
DOSIS
Gejala psiko organik sehubungan usia lanjut Awal 2.4 g/hari terbagi dalam 2-3 dosis selama 6 minggu dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 1.2 g/hari.
Gejala pasca trauma Awal 800 mg 3 kali sehari, bila sudah didapat efek adekuat, kurangi dosis secara bertahap sampai dengan 400 mg 3 kali sehari.
# Lansia dan gangguan fungsi ginjal dengan bersihan40-60 mL/menit ½ dosis lazim.
# 20-40 mL/menit ¼ dosis lazim.