Anita Oktaviya
04.07.1836
04.07.1836
A. DEFINISI
Typus Abdominalis ( demam tipoid, enteric fever ) adalah penyakit infeksi akut biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gajala demam yang terjadi satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah Salmonella Typhosa.
Merupakan kuman basil gram negatif, bergerak dengan rambut
getar, tidak berspora. Mempunyai 3 macam antigen yoitu:
1. Antigen 0
Somatik , te3rdiri dan zat komplek lipopoli sakarida.
2. Antigen H
Flagella
3. Antigen Vi
dalam serum penderita terdapat zat anti ( aglutinin ) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
C. EPIDEMIOLOGI
Di indonesia bersifat endemik , ditemukan biasanya pada anak berumur 1 tahun keatas.
D. PATOGENESIS
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan . Basil diserap usus halus melalui pembuluh limfe è peredaran darah è organ-organ terutama hati dan limpa è Basil yang tidak hancur berkembang biak pada organ tsb sehingga membesar dan menimbulklan nyeri poda perabaan è Basil. masuk kembali peredaran darah (bakteriemia) è menyebar keseluruh tubuh èterutama kekelenjer limfoid usus halus è menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada permukoan mucosa è perdarahan dan perforasi usus è gejala demam (akibat endotoksin )dan gejala saluran pencernaan (akibat kelainan pada usus)
E. GEJALA KLINIS
Gejala pada anak-anak lebih ringan daripada orang dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 - 20 hari, selama masa inkubasi ada gejala prodromal.
1. Demam
Pada kasus yang khas ,demam 3 minggu remiten. Minggu pertama suhu tubuh terus meningkat setiap hari dan menurun pada pagi hari. dan meningkat lagi disore hari. Minggu kedua terus dalam keadaan demam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Napas berbau bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor, jarang disertai tremor , perut kembung, hati dan limpa membesar. nyeri saat perabaan, konstipasi, diare.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran menurun antara apatis sampai samnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
4. Gejala lain-lainnya
Punggung dan anggota gerak mengalami keseleo, pada minggu pertama demam baradikardi, epistaksis.
F. RELAPS (KAMBUH)
Berlangsung lebih ringan dan sangat singkat terjadi dalam minggu kedua setelah suhu badan kembali normal.
G. KOMPLIKASI
1. Pada Usus Halus
Jarang terjadi, tapi sering fatal yaitu
a. Perdarahan Usus.
Jika perdarahan banyak maka terjadi melena disertai nyeri perut dan tanda renjatan
b. Perforasi Usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga terjadi pada bagian distal ileum.
c. Peritonitis.
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi . ditemukan gejala abdomen yang akut yaitu nyeri perut yang sangat hebat, dinding abdomen yang tegang ( defens musculair ) dan nyeri tekan.
2. Di luar Usus Halus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis yaitu meningits, kolesistitis, ensefatopati, bronchopneumania ( akibat infeksi sekunder ), dehidrasi dan asidosis.
H. DIAGNOSIS BANDING
Bila terdapat demam lebih 1 minggu dan penyakit belum jelas
bahwa karena typus, maka dipertimbangkan penyakit seperti:
• Paratipoid A,B dan C • TBC
• Malaria • dengue
• Influenza • Pneumonia lobaris
I. PROGNOSIS
Umumnya prognosis pada anak baik asal cepat diobati. Mortalitas yang dirawat 6 %. dapat menjadi kurang baik jika:
a. demam tinggi atau febris kontinue
b. Kesadaran menurun sekali yaitu sopor, koma, atau delirium
c. Keadoab gizi penderita buruk
d. Adanya komplikasi yang berat yaitu dehidrasi dan asidosis, peritonitis, bronchopnemonia.
J. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosis
a. Pemeriksaan darah tepi
Terdapat gambaran leukopenia limfositisis relatif dan aneosinofilik pada. Permulaan sakit, anemia dan trombositopenia ringan.
b. Pemeriksaan sumsum tulang
Terdapat gambaran hiperaktif RES dengan adanya makrofag, sedangkan sistem eritropoeisis, granulopoesis dn trombopoesis berkurang.
2. Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosis
dilakukun pada saat penderita masuk dan setiap minggu berikutnya.
a. Biakan Empedu
Basil ditemukan pada darah pada minggu kedua sakit, kemudian dapat ditemukan pula pada urin dan feses.
b. Pemeriksaan Widal
dasar pemeriksaan yaitu reaksi aglutinasi, positif jika terjadi aglutinasi.
K. PENGOBATAN
a. Isolasi ,desinfeksi pakaian dan ekskretanya
b. Istirahat mutlak 2 minggu sampai suhu normal kembali
c. Diet.
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh yang banyak mengandung serat, tidak merangsang, dan tidak menimbulkan gas. Bila kesadaran menurun maka diberikan makan cair melalui sonde.
d. Obat-obatan
Obat yang biasa digunakan adalah kloramfenikol dosis tinggi yaitu 100 mg/kgBB/hori diberikan 4 x sehari peroral atau intravena untuk mempersingkat masa perawatan dan mencegah timbul kembali (relaps ). Jika tidak cocok dengan kloramfenikol dapat diberi ampisilin, kotrimoksazol.
Bila terdapat komplikasi maka terapi dilakukan sesuai dengan penyakitnya:
bila terjadi dehidrasi dan asidosis maka diberikan cairan intravena
- bila terdapat bronkhopneumonia harus ditambahkan penisilin.
MANAJEMEN KEPERAWATAN
- Pengkajian
- Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MR.
- Keluhan Utama
Pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Apalah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, aneroxia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.
- Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang lainnya.
- Riwayat Psikososial
Psikososial sangat berpengaruh sekali terhdap psikologis pasien dengan timbul gejala-gejala yang dialami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritnya.
- Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola pesepsi dan tatalaksan kesehatan
Perubahan penatalakdanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.
3) Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibatnya adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
4) Pola tidur dan aktifitas
Kebiasaam tidur pasien akan erganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur
5) Pola eliiminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi referensi bila dehidrasi karena panas ang meninggi, komsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
6) Pola reproduksi dan sexual
Pada pila reproduksi dan sexual pada pasien yang telahatau sudah menikah akan terjadi perubahan.
7) Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup pasien akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
9) Pola penanggulangan stress
Stress timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
10) Pola hubungan interpersonal
Adanya kondisi keshatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Timbulnya stress dalam spiritual pada pasien , maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.
- Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Biasanya pada pasien thypoid menalami badan lemah, panas, pucat, mual, perut tidak enak, aneroxia.
2) Kepala dan leher
Kepala tidak ada benjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtivaanomia, mata cowong, muka tidak adema, pucat/bibir kering, lidah kotor, di tepid an tengah merah, fungsi pendengaran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
3) Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
4) System respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.
5) System kadiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bias didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
6) System integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyaak, akral hangat.
7) System eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bias mengalami penurunan (kurang dari normal). N
8) System muskulolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
9) System endokrin
Apakah adi dalam penderita thypoid ada pembesaran kelenjar oroid dan tonsil.
10) Sistem persyarafan
Apakah kesadaran itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.
- Diagnosa keperawatan
- Peninkatan suhu tubuh berhubungan dengan kurang infeksi Salmonella Typhii
- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
- Intolensi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.
- Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluarancairan yang berlebihan (diare/muntah).
- Intervensi dan Implementasi
- Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella typhii
Tujuan : suhu tunuh normal/terkontrol.
Kriteria hasil : pasien melaporkan peningkatan suhu tubuh
Mencari pertolongan untuk pencegahan peningkatan suhu tubuh.
Turgor kulit membaik
Intervensi :
à Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh
R/ agar klien dan keluarga mengetahui sebab dari penningkatan suhu tubuh dan membantu mengurangi kecemasan yang timbul.
à Anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat
R/ untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan membentu mengurangi penguapan suhu.
à Batasi kunjungan
R/ agar kllien merasa tenang dan udara di dalam ruanfan tidak terasa panas.
à Observasi TTV tiap 4 jam sekali.
R/ tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan pasien.
à Anjurkan pasien untuk banyak minum, minun 2,5 liter / 24 jam
R/ peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang benyak
à Memberikan kompres dingin
R/ untuk membantu menurunkan suhu tubuh
à Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tx antibiotic dan antipiretik
R/ antibiotic untuk mengurangi infeksi dan antipiretik untuk mengurangi panas.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhuan berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : Pasien mempu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil : Nafsu makan meningkat
Pasien mampu menghabiskan porsi makan sesuai yang diberikan.
Intervensi :
à Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi.
R/ untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang sehingga motivasi untuk makan meningkat.
à Timbang berat badan klien setiap 2 hari.
R/ untuk mengetahui peningkatan dfan penurunan berat badan.
à Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat, tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih hangat.
R/ untuk meningkatkan asupan karena mudah ditelan.
à Beri makanan dalam posi kecil dan frekuensi sering.
R/ untuk menghindari mual dan muntah.
à Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi parenteral.
R/ antasida mengurangi rasa mual dan muntah.
Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi penoral sangat kurang.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.
Tujuan : Pasien melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) optimal.
Kriteria hasil : kebutuhan personal terpenuhi.
Dapat melakukan gerakan yang bermanfaat bagi tubuh.
Memenuhi AKs dengan teknik penghematan energi.
Intervensi :
à Beri motivasi pada pasien dan keluarga untuk melakukan mobilisasisebatas kemampuan (missal : miring kanan, miring kiri)
R/ agar pasien dan keluarga mengatahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang bedrest.
à Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas (makan,minum)
R/ untuk menetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi.
à Dekatkan keperluan pasien dalam jangkauannya.
R/ untuk mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas.
à Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang.
R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan mencegah adanya odem.
4. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan cairan yang berlebihan (diare/muntah)
Tujuan : tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan
Kriteria hasil : Turgor kulit meningkat
Wajah tidak nampak pucat
Intervensi :
à Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan
R/ untuk mempermudah pemberian cairan (minum) pada pasien.
à Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan.
R/ untuk mengetahui keseimbangan cairan.
à Anjurkan pasien untuk banyak minum 2,5 liter / 24 jam.
R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan.
à Observasi kelancaran tetesan infuse.
R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan mencegah adanya odem.
à Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral/parenteral).
R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi (secara parenteral).
D. Evaluasi
Dari hasil intervensi yang telah tertulis, evaluasi yang diharapkan :
à Dx : peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi salmonella typii.
Evaluasi : suhu tubuh normal (36 derajat celcius) atau terkontrol.
à Dx : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
Evaluasi : pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat.
à Dx : intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.
Evaluasi : pasien bias melakukan akivitas kehidupan sehari-hari (AKS) opotimal.
à Dx : gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubunga dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (diare/muntah)
Evaluasi : kebutuhan cairan terpenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar