Selasa, 30 Maret 2010

ASKEP GGK

BY : septining ayu

04.07.1842



ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. “M” UMUR 60 TAHUN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS GAGAL GINJAL KRONIK ( GGK )

RSUD Dr. SOEDOMO TRENGGALEK

A. DEFINISI

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu dalam mengangkut sampah metabolic tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk di dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa. Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal ( Brunner & Suddarth edisi 8 vol 2 ). Ada beberapa pengertian gagal ginjal kronik dari beberapa sumber, yaitu :

Ø GGK adalah faal ginjal yang menurun yang umumnya irreversible dan cukup lanjut ( Suparman, 1998 )

Ø GGK adalah penyakit ginjal yang biasanya terjadi akibat dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap ( Doengoes, 2000 )

Ø GGK adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persistem dan irreversibel ( mansjoer,dkk, 1999 )

Ø GGK adalah penyakit ginjal tahap akhir yang menahun yang bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme atau keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah ). ( KMB, vol 2 hal 1448 )

B. ETIOLOGI

Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak, tetapi untuk keperluan klinis dapat di bagi dalam 2 kelompok :

a) Penyakit Parenkim Ginjal

o Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Ginjal Polikistik, TBC

o Penyakit ginjal skunder : nefritis Lupus, nefropati, Amilordosis Ginjal, Gout, DM, Sclerosis Sistemik Progresif

b) Penyakit Ginjal Obstruktif : Pembesaran Prostat, Batu Saluran Kemih, Refluks Ureter. Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat di kategorikan :

o Infeksi yang berulang dan nefron yang memburuk

o Obstruksi saluran kemih

o Destruksi pembuluh darah akibat diabetes dan hipertensi yang lama ( KMB, vol 2 hal 1448 )

C. TANDA DAN GEJALA

o Pada pasien usia lanjut di temukan keadaan umum yang jelek, pucat, hiperpigmentasi kulit, pernafasan kusmaul, mulut dan bibir kering, tetani, kesadaran makin menurun dan koma.

o Gejala-gejala dermatologis ; gatal-gatal hebat ( pruritis )

o Gejala-gejala gastrointestinal : anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, penurunan saliva, haus, rasa kecap logam dalam mulut, bau mulut, kehilangan kemampuan berkonsentrasi, keduran otot, dan kejang.

o Perubahan hematologis, kecenderungan perdarahan.

o Keletihan, sakit kepala, kelemahan umum.

o Pasien secara bertahap akan lebih mengantuk, karakter pernafasan menjadi kusmaul dan terjadi koma.

o Anemia

o Hipertensi

o Edema pulmonal

D. PATOFISIOLOGI

Secara klinis penyakit parenkim ginjal dan penyakit ginjal obstruksi menyebabkan GGK. Dengan GGK ini terjadi penurunan fungsi renal sehingga terjadi uremia. Kemudian terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus dan pada keadaan ini nilai kreatinin serum dan BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sehingga akan terjadi penumpukan toksik uremik dan menyebabkan gangguan gastrointestinal yang kemudian menyebabkan pasien mual, muntah, serta mengalami anoreksia sehingga menyebabkan “Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh b/d Ketidakmampuan dalam Memasukkan, Mencerna, Mengabsorbsi Makanan karna Mual dan Muntah”. Adanya ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ini menyebabkan kelemahan fisik pada pasien sehingga pasien mengalami “Intoleransi Aktivitas b/d kelemahan secara Menyeluruh,immobilisasi”. Adanya GGK ini juga menyebabkan gangguan output psikososial yang juga didukung oleh tinggkat pendidikan yang rendah dari pasien sehingga terjadi kurangnya pengetahuan pasien dan keluarganya tentang penyakit yang diderita( pasien merasa takut tidak dapat mencari nafkah untuk keluarganya ) dan hal ini menyebabkan “Cemas b/d perubahan status peran”.

E. DATA PENUNJANG

Data penunjang adanya GGK didapatkan dari beberapa pemeriksaan :

o Radiologi, ditunjukkan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi yang terjadi.

o Urine, biasanya kurang dari 400ml / 24 jam ( oliguria ) atau urine tidak ada ( anuria ). Warna secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan pus , bakteri, lemak fosfat, dan urat sedimen kotor. Kecoklatan menunjukkan adanya darah. Berat jenis urine kurang dari 0,015 ( menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat ). Protein, derajat tinggi proteinuria ( 3 - 4 ) secara kuat menunjukkan kerusakan glomerulus.

o USG, untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, ureter proksimal, kandung kemih secara prostat.

o Foto polos abdomen, menunjukkan ukuran ginjal / ureter / kandung kemih dan adanya obstruksi ( batu )

o Pemeriksaan laboratorium :

§ Laju endap darah, meninggi yang diperberat adanya anemia.

§ Ureum dan kreatinin, meninggi biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Perbandingan bias meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, obstruksi saluran kemih.

§ Hiperkalemia, biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.

§ Hipoalbuminesis dan Hipokolesterolemia, umumnya disebabkan gangguan metabolism dan diet rendah protein.

§ Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolism karbohidrat pada gagal ginjal.

F. PENATALAKSANAAN

o Intervensi diet diperlukan dengan pengaturan yang cermat terhadap masukan protein, masukan cairan untuk menyumbangkan kehilangan cairan, masukan natrium dan perbatasan kalium.

o Pastikan masukkan kalori dan suplemen vitamin yang adekuat.

o Batasan protein, masukan protein yang diperbolehkan harus tinggi kandungan biologisnya : produk yang berasal dari susu, telur, dan daging.

o Cairan yang diperbolehkan adalah 500ml atau lebih dari keluaran urine 24 jam.

o Suplai kalori dengan karbohidrat dan lemak untuk mencegah polisutan otot.

o Berikan suplemen vitamin.

o Tangani hipertensi dengan control volume intravaskuler dan obat anti hipertensif.

o Amati terhadap tanda dini abnormalitas neurologis ( missal, sakit kepala, delirium / aktivitas kejang ).

o Lindungi terhadap cedera dengan memberikan bantalan pada pagar tempat tidur.

o Pantau tekanan darah.

o Modifikasi terapi obat sesuai dengan keadaan ginjal.

o Persiapa program dialysis. Dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang.

o Transplatasi ginjal.

G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

I. Identitas Klien

Nama klien : Tn. “ M “

Umur : 47 Tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani & Pedagang es

Alamat : Ngeres, Trenggalek

Tanggal Masuk R.S : 04 Agustus 2009

Ruang : Raflesia IV

Diagnosa Medis : Gagal Ginjal Kronik

II. Status Kesehatan

o Riwayat Penyakit Sebelumnya

Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RSUD Dr. Soedomo sekitar 4 hari yang lalu dengan diagnosa hipertensi.

o Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan badannya lemas, gemetar sehingga tidak bisa beraktivitas dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari , tidak nafsu makan, mual, muntah serta sudah dibawa kedokter 4x tapi tidak kunjung sembuh. Pada tanggal 4 agustus 2009 pasien pingsan dan langsung dilarikan ke R.S Soedomo Trenggalek dan dianjurkan untuk rawat inap dan di tempatkan di ruang Raflesia.

o Riwayat Penyakit Keluarga

Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien. Dalam kelurga pasien juga tidak ada penyakit menurun ( DM,dll ) dan penyakit menular ( TBC, dll )

III. Pola Fungsi Kesehatan

o Pola Aktivitas dan Latihan

Sebelum sakit pasien dapat melakukan semua aktivitasnya sendiri. Saat sakit untuk keperluan aktivitas mandi, eliminasi, dan makan memerlukan bantuan keluarga, sedang untuk berpakaian bias sendiri.

o Pola Istirahat dan Tidur

Sebelum sakit pasien tidak pernah tidur siang karna harus bekerja, tidur malam kurang lebih 5-6 jam. Saat sakit pasien tidur siang kurang lebih 1-2 jam , tidur malam hari kurang lebih 8-9 jam karena tidak ada aktivitas yang biasanya dilakukan dirumah seperti nonton tv, berkumpul dengan tetangga, dll. Pada saat awal sakit pasien tidak bisa tidur sama sekali karena merasakan badannya sangat gemetar dan tidak enak.

o Pola Nutrisi

Sebelum sakit pasien makan biasanya sehari 3x ( pagi, siang, malam )tidak teratur waktunya, minum kurang lebih 4-5 gelas perhari air putih. Pasien tidak mengkonsumsi kopi dan tidak merokok. Pada saat awal sakit pasien tidak mau makan karena mual dan muntah jika diberi makan, tapi setelah hari ke-5 sakitnya pasien sudah bersedia makan tapi pasien tidak bersedia makan makanan yang disediakan R.S karena merasa mual saat melihatnya.

o Pola Eliminasi

Sebelum sakit BAB 2x/hari ( pagi & malam ), BAK 3-4x/hari warnanya kadang-kadang kuning sekali dan kadang-kadang juga putih bening. Saat sakit BAB 2x/hari ( pagi&malam ), BAK 3-6x/hari warnanya putih bening.

o Pola Koping

Sebelum sakit pasien tidak ada masalah dalam beraktivitas. Saat sakit masalah utama yang dirasakan selama sakit yaitu merasa lemas, mual, muntah, tidak nafsu makan, dan badan gemetar.

o Pola Konsep Diri

Sebelum sakit pasien sangat mandiri, disiplin dan pekerja keras karena pasien merupakan tulang punggung keluarga. Saat sakit pasien masih berusaha untuk mandiri dan tetap berusaha pergi bekerja.

o Pola Personal Hygiene

Sebelum sakit pasien dapat membersihkan tubuh secara bersih dan mandiri dan mandi setiap harinya2x sehari. Pasien jarang gosok gigi. Saat sakit pasien dalam keadaan bersih karna pasien dibersihkan oleh istri dan anaknya. Pasien tidak gosok gigi, hanya berkumur saja.

o Pola Psikologis

Sebelum sakit pasien tidak ada masalah dalam psikologisnya. Saat sakit pasien merasa lelah, cemas, dan gelisah terutama pada awal-awal sakit karena tidak bisa / sulit tidur karena kondisinya yang lemas dan badannya gemetar.

o Pola Peran dan Hubungan

Sebelum sakit pasien dapat berhubungan / berkomunikasi dengan siapapun baik keluarga maupun teman. Saat sakit pasien tetap dapat berkomunikasi dengan siapapun tapi tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti pergi berladang, berdagang dan berkumpul dengan tetangga.

o Pola Nilai dan Kepercayaan

Sebelum sakit pasien tidak ada masalah dalam beribadah. Pasien dapat beribadah setiap hari dan biasanya mengikuti shalat jama’ah magrib dan isya’ di mushola dekat rumahnya. Saat sakit pasien mengalami kesusahan dalam beribadah karna badannya lemas dan gemetar.

H. TERAPI MEDIS

Pasien mendapat terapi medis :

§ Infus RL / DS 1 : 2 ( 20 tetes ).

§ Injeksi Metoclop 3 x 1 gr untuk mengatasi mual dan muntah.

§ Injeksi Ranitidin 3 x 1 gr untuk mengalami mual dan muntah.

§ Nabik 3 x 1 tablet.

§ Allupurinol 2 x 1 untuk menurunkan kadar kolesterol.

§ Injeksi Cefriaxon 1 x 1 gr untuk antibiotic.

§ Diit Tinggi Kalori, Rendah Protein dan rendah Garam.

I. ANALISA DATA

v Symptom

DS : Pasien mengatakan merasa mual dan muntah saat makan

: Pasien mengatakan mulutnya terasa pahit

DO: k/u pasien lemah

: mukosa bibir kering dan terlihat pucat

v Etiologi

Tidak mapu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena mual dan muntah

v Problem

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

v Symptom

DS : Pasien mengatakan badannya lemas dan gemetar

: Pasien mengatakan tidaka mampu berdiri tanpa dibantu keluarganya

DO: Pasien tampak lemah dan bedrest di tempat tidur

: TD 100/60mmHg, Nadi 76x/menit, suhu 36,5°C

v Etiologi

Kelemahan secara menyeluruh, immobilisasi

v Problem

Intoleransi aktivitas

v Symptom

DS : Pasien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak dan nyaman

: Pasien takut tidak bisa segera bekerja kembali

DO: Mukosa mulut pasien terlihat kering

: Pasien terlihat bingung dengan keadaannya

: Pasien tampak tidak mengerti dan paham dengan penyakitnya.

v Etiologi

Perubahan dalam status peran

v Problem

Cemas

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA YANG MUNCUL

· Ketidakseimbanagan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena mual dan muntah

· Intoleransi aktivitas b/d kelemahan secara menyeluruh, immobilisasi

· Cemas b/d perubahan dalam status peran

K. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Ø Diagnosa I

Tujuan dan kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh akan terpenuhi dengan KH : tidak ada tanda-tanda malnutrisi, mukosa bibir lembab, menunjukkan fungsi pengecapan dari menelan, tidak terjadi penurunan BB yang berarti.

Intervensi

1) Monitor mual dan muntah

R, mengenal penyebab mual dan muntah serta memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan selanjutnya.

2) Berikan makanan yang terpilih ( yang telah dikonsultasikan dengan ahli gizi )

R, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien tanpa rasa mual dan muntah.

3) Ajarkan pasien dan keluarga teknik memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dengan membuat catatan makanan harian.

R, pasien dan keluarga dapat ikut berperan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

R, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhan tubuh pasien.

Ø Diagnosa II

Tujuan dan kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapakan pasien dapat beraktivitas seperti biasa dengan KH : istirahat dan aktivitas seimbang, kecepatan berjalan normal, kekuatan pasien seimbang.

Intervensi

5) Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber energy

R, mengenali faktor pendukung terjadinya intoleransi aktivitas pada pasien dan memudahkan dalam memberikan tindakan keperawatn pada pasien.

6) Tentukan penyebab intoleransi aktivitas ( fisik, psikologis, atau motivasional )

R, mengetahui penyebab dan faktor pendukung terjadinya intoleransi aktivitas pada pasien

7) Ajarkan pasien bagaimana menggunakan teknik mengontrol pernafasan ketika beraktivitas.

R, agar energi yang dikeluarkan saat beraktivitas tidak terbuang banyak dan tidak membuat pasien lemah.

8) Kolaborasi dengan diberikan terapi fisik untuk membantu peningkatan level aktivitas dan kekuatan.

R, membantu dan mendorong kesembuhan pasien sehingga dapat beraktivitas kembali.

Ø Diagnosa III

Tujuan dan kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak ada cemas pada pasien dengan KH : tidak ada cemas, tidak ada kebingungan pada pasien, pasien tampak nyaman, pasien paham dengan penyakit yang dideritanya.

Intervensi

9) Monitor intensitas kecemasan

R, mengenali faktor penyebab cemas dan memudahkan dalam memberikan tindakan keperawatan.

10) Gunakan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan

R, untuk mengurangi kecemasan yang dialami pasien

11) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk menurunkan cemas

R, agar pasien dapat membantu untuk mengurangi cemas pada dirinya sendiri.

12) Kolaborasi dengan ahli terapi untuk mengurangi cemas

R, membantu pasien mengurangi cemas

L. IMPLEMENTASI

ü Diagnosa I

§ Memonitor mual dan muntah pada pasien

§ Memberikan makanan hangat dan porsi kecil tapi sering pada pasien

§ Mengajarkan pasien dan keluarga cara membuat catatan makanan harian untuk pasien

§ Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan pasien

ü Diagnose II

§ Memonitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber energi

§ Menentukan penyebab intoleransi aktivitas pada pasien

§ Mengajari pasien teknik mengontrol pernafasan ketika beraktivitas

§ Melakukan kolaborasi dengan diberikan terapi fisik untuk membantu peningkatan level aktivitas dan kekuatan

ü Diagnosa III

§ Memonitor intensitas kecemasan pada pasien

§ Menggunakan teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan kecemasan

§ Mengajarkan pasien teknik nafas dalam untuk menurunkan cemas

§ Melakukan kolaborasi dengan ahli terapi untuk membantu pasien mengurangi cemas

M. EVALUASI

v Diagnosa I

S, pasien mengatakan masih merasa mual tapi sudah tiadak muntah dan pasien mengatakan mulutnya masih terasa pahit.

O, k/u pasien masih terlihat agak

lemah, mukosa bibir masih terlihat kering dan pucat

A, masalah belum teratasi

P, lanjutkan intervensi

v Diagnosa II

S, pasien mengatakan badannya masih agak lemas tapi sudah tidak gemetar, pasien juga mengatakan sudah mampu berdiri ke kamar mandi tanpa di bantu keluarganya

O, pasien masih terlihat agak lemah, masih bedrest ditempat tidur tapi sudah dapat duduk TD 140/80mmHg, nadi 80x/menit, Suhu 36,8°C

A, masalah teratasi sebagian

P, lanjutkan intervensi

v Diagnosa III

S, pasien mengatakan sudah dapat tidur nyenyak dan nyaman, pasien mengatakan sudah tidak cemas karena tidak bisa bekerja lagi karena anaknya sudah menggantikannya bekerja

O, mukosa bibir pasien masih terlihat kering, pasien sudah tidak terlihat bingung dengan keadaannya, pasien sudah tampak mengerti dan paham dengan penyakitnya.

A, masalah teratasi

P, hentikan intervensi