Rifampisin
SETELA AGRAWATI
04.07.1596
A/KP/VII
Deskripsi
- Nama & Struktur Kimia : Rifampin. C43H58N4O12
- Sifat Fisikokimia : Rifampisin merupakan serbuk kristal merah-coklat dan sangat sedikit larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol. Obat ini mempunyai pKa 7,9. Larut dalam kloroform, DMSO, etil asetat, metanol, tetrahidrofuran. Dalam perdagangan, rifampisin tersedia dalam bentuk serbuk steril untuk injeksi mengandung Natrium formaldehid, sulfoksilat, natrium hidroksida yang ditambahkan untuk mengatur pH. Dalam perdagangan sediaan oral rifampin tersedia sebagai obat tunggal, dalam bentuk kombinasi tetap dengan isoniazid, serta dalam kombinasi tetap dengan isoniasid dan pirazinamid.
- Keterangan : Rifampisin adalah turunan semisintetik dari Rifamisin B, suatu antibiotika yang diturunkan dari Streptomyces meditarranei.
Golongan/Kelas Terapi
Anti Infeksi
Nama Dagang
- Corifam - Famri - Kombipak I, II, III, IV (Generik) - Lanarif
- Medirif - Merimac - Prolung 450 - Rif 150/ Rif 300/ Rif 450/ Rif 600
- Rifabiotic - Rifacin - Rifampicin Hexpharm - Rifamtibi
- Rimactane - Rimactazid / Rimactazid Paed - Rifampisin (Generik)
Indikasi
Tuberkulosis, dalam kombinasi dengan obat lain. Infeksi M. Leprae. Profilaksis meningitis meningococcal dan infeksi haemophilus influenzae. Brucellosis, penyakit legionnaires, endocarditis dan infeksi staphylococcus yang berat dalam kombinasi dengan obat lain
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Oral ( Dosis IV infusi sama dengan pemberian peroral)
Terapi Tuberkulosis
Catatan : Regimen empat obat ( isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol) lebih disukai untuk pengobatan awal, empirik TB
Bayi dan anak-anak < 12 tahun
Terapi harian : 10 – 20 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal 600 mg/hari)
Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 10 – 20 mg/kg (maksimal 600 mg/hari)
Dewasa
Terapi harian : 10 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal 600 mg/hari)
Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 10 mg/kg (maksimal 600 mg/hari) ; 3 kali/minggu : 10 mg/kg (maksimal 600 mg/hari)
Infeksi tuberkulosis latent (yang belum nampak): sebagai alternatif untuk isoniazid :
Anak-anak : 10 – 20 mg/kg/perhari (maksimal : 600 mg/hari) selama 6 bulan
Dewasa : 10 mg/kg/hari (maksimal : 600 mg/hari) selama 4 bulan
Profilaksis H. Influenzae (unlabeled use)
Bayi dan anak-anak : 20 mg/kg/hari tiap 24 jam selama 4 hari, tidak lebih dari 600 mg/dosis
Dewasa : 600 mg setiap 24 jam selama 4 hari
Leprosy (unlabeled use) : dewasa :
Multibacillary : 600 mg sekali sebulan selama 24 bulan dalam kombinasi dengan ofloksasin dan minosiklin
Paucibacillary : 600 mg sekali sebulan selama 6 bulan dalam kombinasi dengan dapson
Lesi tunggal : 600 mg sebagai dosis tunggal dalam kombinasi dengan ofloksasin 400 mg dan minosiklin 100 mg
Profilaksis meningitis meningococcal.
Bayi , 1 bulan : 10 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam selama 2 hari
Bayi = 1 bulan dan anak-anak : 20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam selama 2 hari (maksimal 600 mg/dosis)
Dewasa : 600 mg tiap 12 jam selama 2 hari
Staphylococcus aureus pada nasal carrier (unlabeled use):
Anak-anak: 15 mg/kg/hari dibagi tiap 12 jam selama 5 – 10 hari dalam kobinasi dengan antibiotik lain
Dewasa : 600 mg/hari selama 5 – 10 hari dalam kombinasi dengan antibiotik lain
Penyesuaian dosis pada pasien dengan kerusakan hepar : penurunan dosis diperlukan untuk meurunkan hepatotoksisitas
Hemodialysis atau peritoneal dialysis : konsentreasi plasma rifampisin tidak signifikan dipengaruhi oleh hemodialisis atau dialisis peritoneal
Farmakologi
Durasi : < 24 jam
Absorbsi : Oral : diabsorpsi dengan baik; makanan dapat mengakibatkan penundaan absorpsi (delay) atau sedikit menurunkan kadar puncak
Distribusi : sangat lipofilik , dapat menembus sawar darah otak (bood-brain barrier) dengan baik
Difusi relatif dari darah ke dalam cairan serebrospinal : adekuat dengan atau tanpa inflamasi
CSF : inflamasi meninges : 25%
Metabolisme : Hepatik; melalui resirkulasi enterohepatik
Ikatan protein : 80%
T½ eliminasi : 3-4 jam; waktu tersebut akan memanjang pada gagal hepar; gagal ginjal terminal : 1,8-11 jam.
Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral : 2-4 jam
Ekskresi : Feses (60% - 65%) dan urin (~ 30%) sebagai obat yang tidak berubah
Stabilitas Penyimpanan
Serbuk rifampisin berwarna merah kecoklatan. Vial yang utuh harus disimpan pada suhu kamar dan dihindarkan dari cahaya dan panas yg berlebihan. Rekonstitusi serbuk untuk injeksi dengan SWFI; untuk injeksi larutkan dalam sejumlah volume yg tepat dengan cairan yang kompatibel (contoh : 100 ml D5W). Vial yang telah direkontitusi stabil selama 24 jam pada suhu kamar.Stabilitas parenteral admixture pada penyimpanan suhu kamar (25°C) adalah 4 jam untuk pelarut D5W dan 24 jam untuk pelarut NS
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap rifampisin atau komponen lain yang terdapat dalam sediaan; penggunaan bersama amprenavir, saquinafir/rotonavir (kemungkinan dengan proease inhibitor), jaundice (penyakit kuning)
Efek Samping
Gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual, muntah, diare (dilaporkan terjadi kolitis karena penggunaan antibiotika); sakit kepala, drowsiness; gejala berikut terjadi terutama pada terapi intermitten termasuk gelala mirip influenza ( dengan chills, demam, dizziness, nyeri tulang), gejala pada respirasi (termasuk sesak nafas), kolaps dan shock, anemia hemolitik, gagal ginjal akut, dan trombositopenia purpura; gangguan fungsi liver, jaundice(penyakit kuning); flushing, urtikaria dan rash; efek samping lain dilaporkan : edema, muscular weakness dan myopathy, dermatitis exfoliative, toxic epidermal necrolysis, reaksi pemphigoid, leucopenia, eosinophilia, gangguan menstruasi; urin, saliva dan sekresi tubuh yang lain berwarna orange-merah; tromboflebitis dilaporkan pada penggunaan secara infus pada periode yang lama.
Interaksi
- Dengan Obat Lain :
Efek Cytochrome P450 : substrat CYP2A6, 2C8/9, 3A4 (major) ; Induksi CYP1A2 (kuat) ,2A6 (kuat), 2B6 (kuat), 2 C8/9(kuat), 2C19 (kuat), 3A4 (kuat).
Meningkatkan efek/toksisitas : Rifampisin dapat meningkatkan efek terapeutik clopidogrel, penggunaan bersama dengan isoniazid pyrazinamide atau protease inhibitor (amprenavir saquinavir/ritonavir) dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas; antibiotika makrolida dapat meningkatkan kadar/toksisitas rifampin.
Menurunkan efek : Rifampisin dapat menurunkan efek/kadar obat-obat berikut: asetaminofen, alfentanil, amiodaron,angiotensin II receptor blocker (irbesartan dan losartan), 5-HT3 antagonis, antifungi imidazol, aprepitant, barbiturat, benzodiazepin (dimetabolisme melalui oksidasi), beta blocker, buspiron, calsium channel blocker, kloramfenikol, kortikosteroid, siklosporin; substrat CYP1A2, 2A6, 2B6, 2C8/9, 2C19 DAN 3A4 (contoh : aminofilin, amiodaron, bupropion, fluoksetin, fluvoksamin, ifosfamid, methsuksimid, mirtazapin, nateglinid, pioglitazon, promethazin, inhibitor pompa proton, ropinirol, rosiglitazon, selegilin, sertralin, teofilin, venlafaxin dan zafirlukast; dapson, disopiramid, kontrasepsi estrogen dan progestin, feksofenadin, flukonazol, asam fusidat, HMG-CoA reductase inhibitor, metadon, morfin, fenitoin, propafenon, inhibitor protease, quinidin, repaglinid, inhibitor reverse transkriptase (non-nucleoside), sulfonilurea, takrolimus, tamoksifen, terbinafin, tocainide, antidepresan trisiklik, warfarin,zaleplon, zidovudin, zolpidem. Efek rifampisin diturunkan oleh inducer CYP2A6, 2C8/9, dan 3A4 (seperti : aminoglutethimide, barbiturat, karbamazepin, nafcillin, nevirapin dan fenitoin)
- Dengan Makanan : Makanan menurunkan absorbsi; konsentrasi rifampin dapat diturunkan jika digunakan bersama dengan makanan. Hindari ethanol (dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas) St. John’s wort dapat menurunkan kadar rifampisin
Pengaruh
- Terhadap Kehamilan : Penggunaan obat pada trimester 1 (pertama): Produsen menyatakan studi pada binatang menunjukkan adanya teratogenik pada dosis tinggi. Penggunaan obat pada trimester 3 (tiga): Resiko terjadinya perdarahan pada neonatal dapat meningkat, Faktor risiko : C
- Terhadap Ibu Menyusui : Hanya sejumlah kecil saja berada pada air susu. Masuk dalam air susu ibu / tidak direkomendasikan (AAP rates “compatible”)
- Terhadap Anak-anak : -
- Terhadap Hasil Laboratorium : Interaksi rifampicin dengan tes laboratorium : reaksi Coombs positif, rifampicin mengganggu pemeriksaan standar serum folat dan vitamin B12, meningkatkan LFTs dan menurunkan ekskresi billiari dari contrast media
Parameter Monitoring
Fungsi hati (AST, ALT, bilirubin), CBC, hepatic status dan mental status, kultur sputum, x-ray dada
Bentuk Sediaan
Kapsul, Kaptab, Sirup
Peringatan
Kerusakan hati ( periksa tes fungsi hati dan pemeriksaan darah pada gangguan hati, ketergantungan alkohol, dan pada terapi dalam jangka waktu yang lama); kerusakan ginjal (jika digunakan dosis di atas 600 mg sehari); kehamilan dan menyusui; porfiria; Penting : pasien yang menggunakan hormon kontrasepsi disarankan untuk menggantinya dengan alternatif kontrasepsi lain seperti IUD, karena efek obat kontrasepsi menjadi tidak efektif akibat adanya interaksi obat.
Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus
-
Informasi Pasien
Jumlah dan frekuensi penggunaan obat tergantung dari beberapa faktor, seperti kondisi pasien, umur dan berat badan. Bila anda mempunyai pertanyaan yang berkaitan dengan jumlah dan/ frekwensi pemakaian obat tanyakan pada dokter atau apoteker. Obat ini menyebabkan warna merah pada urin, keringat, saliva dan air mata. Obat ini juga dapat menimbulkan noda permanen pada lensa kontak. Mempengaruhi efektifitas kontrasepsi oral, gunakan metoda KB yang lain. Rifampisin harus digunakan pada saat lambung kosong, gunakan 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dengan segelas air. Gunakan obat ini sedikitnya 1 jam sebelum menggunakan antasida. Segera memeriksakan diri ke dokter bila timbul demam, hilang nafsu makan, tidak enak badan, mual, muntah, urin berwarna gelap, perubahan warna kulit dan mata menjadi kekuningan atau nyeri atau bengkak pada persendian. Pasien harus menggunakan obat hingga habis. Jangan sampai terdapat dosis yang terlewat. Jangan menghentikan pemakaian obat ini tanpa berkonsultasi dengan dokter. Jangan menggunakan obat melebihi jumlah yang telah diresepkan, kecuali atas anjuran dokter. Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa memberitahu dokter yang merawat. Jika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum obat setelah ingat. Jika terlewat beberapa jam dan telah mendekati waktu minum obat berikutnya jangan minum obat dengan dosis ganda, kecuali atas saran dari tenaga kesehatan . Jika lebih dari satu kali dosis terlewat, mintalah nasehat dokter atau apoteker. Obat ini hanya digunakan oleh pasien yang mendapat resep. Jangan diberikan pada orang lain.
Mekanisme Aksi
Menghambat sintesis RNA bakteri dengan mengikat subunit beta dari DNA-dependent RNA polymerase, menghambat transkripsi RNA
Monitoring Penggunaan Obat
Periodik (sebelum pengobatan dan tiap 2 – 4 minggu selama terapi) monitoring fungsi hati (AST, ALT, bilirubin), CBC; status fungsi hati dan mental , kultur sputum, x-ray dada 2 – 3 bulan pengobatan
.
Tanggung Jawab Perawat Dalam Pemberian Obat
- Perawat terampil & tepat saat memberikan obat.
- Tidak sekedar memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut.
- Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting untuk dimiliki perawat.
- Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan.
Dengan demikian : perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.
Obat adalah substansi yang berhubungan fungsi fisiologis tubuh dan berpotensi mempengaruhi status kesehatan. Pengobatan / medikasi adalah obat yang diberikan untuk tujuan terapeutik / menyembuhkan. Obat dapat diklasifikasikan melalui beberapa cara, antara lain berdasarkan : bahan kimia penyusunnya, efek yang ditimbulkan baik didalam laboratorium maupun tubuh manusia.
Pemberian Obat. Perawat harus memperhatikan hal berikut :
- Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan
- Hitung dengan tepat dosis obat yang akan diberikan sesuai dengan resep
- Gunakan prosedur yang sesuai dan aman, ingat prinsip 5 benar dalam pengobatan
- Setelah memvalidasi dan menghitung dosis obat dengan benar, pemberian obat dengan akurat dapat dilakukan berdasarkan prinsip 5 benar.
PRINSIP 5 BENAR PENGOBATAN :
- Benar Klien
- Benar Obat
- Benar Dosis Obat
- Benar Waktu Pemberian
- Benar Cara Pemberian
1. Benar Klien
dipastikan dengan memeriksa identitas klien, dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri
hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat,
hak klien untuk menolak penggunaan sebuah obat
2. Benar Obat
berarti klien menerima obat yang telah diresepkan
tanggung jawab perawat untuk mengikuti perintah yang tepat
menghindari kesalahan, label obat harus dibaca tiga kali :
pada saat melihat botol atau kemasan obat,
sebelum menuang / mengisap obat dan
setelah menuang / mengisap obat
3. Benar Dosis Obat
Dosis yang diberikan untuk klien tertentu.
Dalam kebanyakan kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
Perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat, dengan mempertimbangkan variable berikut :
tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan (diminta),
dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus dipertimbangkan, misalnya 3 mg/KgBB/h ari.
4. Benar Waktu Pemberian
saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan .
dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d ( du a kali sehari ) , t.i.d ( tiga kali sehari ), q.i.d ( empat kali sehari ), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan.
jika obat mempunyai waktu paruh (t ½ ) yang panjang, maka obat diberikan sekali sehari. Obat-obat dengan waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang tertentu .
beberapa obat diberikan sebelum makan dan yang lainnya diberikan pada saat makan atau bersama makanan
5. Benar Cara Pemberian
perlu untuk absorpsi yang tepat dan memadai
rute yang lebih sering dari absorpsi adalah :
- oral ( melalui mulut ): cairan , suspensi ,pil , kaplet , atau kapsul . ;
- sublingual ( di bawah lidah untuk absorpsi vena ) ;
- topikal ( dipakai pada kulit ) ;
- inhalasi ( semprot aerosol ) ;
- instilasi ( pada mata, hidung, telinga, rektum atau vagina ) ;
- empat rute parenteral : intradermal , subkutan , intramuskular , dan intravena.
6. Dokumentasikan. Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di rumah sakit.
Daftar Pustaka
BNF 50
AHFS Drug Information 2005
MIMS Indonesia 2006/2007
Drug Fact & Comparisons 2003
Drug Information Handbook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar