ASKEP OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT
Disusun oleh :
Nur Fadliya 04.07.1588
A. DEFINISI
Otitis media akut adalah infeksi atau peradangan akut pada sebagian atau seluruh rongga telinga tengah, sering diderita oleh bayi dan anak-anak, penyebabnya infeksi virus atau bakteri. Pada penyakit bawaan seperti down syndrome dan anak dengan alergi sering terjadi. Terapi antibiotika dan kunjungan ke dokter THT dalam proses perbaikan sangat disarankan.Otitis media supuratif akut (OMA) adalah otitis media yang berlangsung selama 3 minggu atau kurang karena infeksi bakteri piogenik.
B. ETIOLOGI
Bakteri piogenik sebagai penyebabnya yang tersering yaitu Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, dan Pneumokokus. Kadang-kadang bakteri penyebabnya yaitu Hemofilus influenza, Escheria colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aerugenosa. Hemofilus influenza merupakan bakteri yang paling sering kita temukan pada pasien anak berumur dibawah 5 tahun.
C. PATOFISIOLOGI
Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas menjaga kesterilan telinga tengah. Faktor pertahanan tubuh seperti silia dari mukosa tuba Eustachius, enzim, dan antibodi. Faktor ini akan mencegah masuknya mikroba ke dalam telinga tengah. Penyebab utamanya adalah tersumbatnya tuba Eustachius sehingga pencegahan invasi kuman terganggu. Faktor pencetus terjadinya otitis media supuratif akut (OMA), yaitu : infeksi saluran nafas atas (common cold) yang terjadi terutama pada pasien anak-anak Bayi lebih mudah menderita otitis media supuratif akut (OMA) karena letak tuba Eustachius yang lebih pendek, lebih lebar dan lebih horisontal.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit dan umur penderita. Biasanya gejala awal berupa sakit telinga yang berat dan menetap. Bisa terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh menurun pada stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) berdasarkan umur penderita, yaitu :
· Bayi dan anak kecil è Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 39ºC (khas), sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit.
· Anak yang sudah bisa bicara è Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat batuk pilek.
· Anak lebih besar dan orang dewasa è Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran (rasa penuh dan pendengaran berkurang), mual, muntah, diare dan demam sampai 40.5ºC.
Stadium otitis media supuratif akut (OMA) berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah :
1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Stadium oklusi tuba Eustachius terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi membrana timpani akibat tekanan negatif dalam telinga tengah karena terjadinya absorpsi udara. Selain retraksi, membrana timpani kadang-kadang tetap normal atau hanya berwarna keruh pucat atau terjadi efusi (tidak dapat dideteksi). Stadium oklusi dari otitis media supuratif akut (OMA) sukar dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa akibat virus atau alergi.
2. Stadium Hiperemis (Presupurasi)
Stadium hiperemis (pre supurasi) akibat pelebaran pembuluh darah di membran timpani yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.
3. Stadium Supurasi
Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen (nanah). Selain itu edema pada mukosa telinga tengah makin hebat dan sel epitel superfisial hancur. Ketiganya menyebabkan terjadinya bulging (penonjolan) membrana timpani ke arah liang telinga luar.
Pasien akan tampak sangat sakit, nadi & suhu meningkat dan rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Anak selalu gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak.Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan ruptur membran timpani akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan. Nekrosis ini disebabkan oleh terjadinya iskemia akibat tekanan kapiler membran timpani karena penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil.
Keadaan stadium supurasi dapat kita tangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan dengan membuat luka insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan mudah menutup kembali sedangkan ruptur lebih sulit menutup kembali. Bahkan membran timpani bisa tidak menutup kembali jika membran timpani tidak utuh lagi.
4. Stadium Perforasi
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.
Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu menurun dan bisa tidur nyenyak. Jika membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret (nanah) tetap berlangsung selama lebih 3 minggu maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih 1,5-2 bulan maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (OMSK).
5. Stadium Resolusi
Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga erforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Stadium ini berlangsung jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah. Stadium ini didahului oleh sekret yang berkurang sampai mengering.
Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik (OMSK). Kegagalan stadium ini berupa membran timpani tetap perforasi dan sekret tetap keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.
Otitis media supuratif akut (OMA) dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa. Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami perforasi membran timpani.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa timbul jika otitis media tidak segera diobati adalah mastoiditis atau petrositis (infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah), perforasi gendang telinga dengan cairan yang terus menerus keluar. Komplikasi lebih lanjut seperti infeksi atau peradangan ke selaput otak (meningitis) walau jarang masih mungkin terjadi, sumbatan pembuluh darah akibat tromboemboli juga bisa terjadi. Disarankan segera bawa anak anda bila rewel dan memegang-megang telinga, tidak nyaman merebah demam dan keluar cairan pada telinga. Bila anda memeriksakan secara dini otitis media bisa dicegah sebelum memberikan kerusakan lebih lanjut dengan paracentesis atau miringotomi. Komplikasi lain yang serius adalah: Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler), kelumpuhan pada wajah, tuli dan abses otak Tanda-tanda terjadinya komplikasi antara lain : sakit kepala, tuli yang terjadi secara mendadak, vertigo (perasaan berputar),
demam dan menggigil.
F. KLASIFIKASI
Otitis media terdiri atas :
1) Otitis media supuratif
a. Otitis media supuratif akut atau otitis media akut
b. Otits media supuratif kronik
2) Otitis media non supuratif, atau otitis media serosa
a. Otitis media serosa akut (barotrauma atau aerotitis)
b. Otitis media serosa kronik (glue ear)
3) Otitis media spesifik, seperti otitis media sifilitika atau otitis media tuberkulosa
4) Otitis media adhesiva
G. DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan telinga dengan otoskop. Untuk menentukan organisme penyebabnya dilakukan pembiakan terhadap nanah atau cairan lainnya dari telinga.
F. PENATALAKSANAAN
Terapi otitis media supuratif akut (OMA) tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran nafas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik dan antipiretik.
1) Stadium Oklusi tuba Eustachius.
Terapinya : obat tetes hidung & antibiotik
HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia dibawah 12 tahun. HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologis untuk anak berusia diatas 12 tahun dan orang dewasa.
Tujuan : Untuk membuka kembali tuba Eustachius yang tersumbat sehingga tekanan negatif dalam telinga tengah akan hilang.
Antibiotik diberikan pada otitis media yang disebabkan kuman bukan otitis media yang disebabkan virus dan alergi (otitis media serosa).
2) Stadium Pre Supurasi (Hiperemis)
Terapinya : antibiotik, obat tetes hidung, analgetik & miringotomi.
Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin dan eritromisin. Berikan golongan penisilin atau ampisilin selama minimal 7 hari. Golongan eritromisin dapat kita gunakan jika terjadi alergi penisilin. Penisilin intramuskuler (IM) sebagai terapi awal untuk mencapai konsentrasi adekuat dalam darah. Hal ini untuk mencegah terjadinya mastoiditis, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Berikan ampisilin 50-100 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 4 dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgbb/hr yang terbagi dalam 3 dosis pada pasien anak.
3) Stadium Supurasi
Terapinya : antibiotik & miringotomi
Selain antibiotik pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang.
4) Stadium Perforasi
Terapinya : antibiotik & obat cuci telinga
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
5) Stadium Resolusi
Terapinya : Antibiotik
Lanjutkan pemberiannya sampai 3 minggu bila tidak terjadi resolusi. Tidak terjadinya resolusi dapat disebabkan berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Curigai telah terjadi mastoiditis jika sekret masih banyak setelah kita berikan antibiotik selama 3 minggu.
Miringotomi
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke telinga luar. Tindakan bedah kecil ini harus dilakukan a vue (lihat langsung), pasien harus tenang dan dikuasai. Lokasi insisi di kuadran posterior inferior.
Operator harus memakai lampu kepala dengan sinar yang cukup terang, corng telinga yang sesuai, serta pisau : parasentesis yang kecil dan steril.
Dianjurkan untuk melakukannya dengan narkosis umum dan memakai mikroskop.
Bila pasien mendapat terapi yang adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali bila jelas tampak adanya nanah di telinga tengah.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan akibat trauma liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra rotundum, trauma nervus fasialis, dan trauma pada bulbus jugular
Parasentesis
Parasentesis adalah pungsi pada membran timpani dengan semprit dan jarum khusus untuk mendapatkan sekret guna pemeriksaan mikrobiologik. Komplikasinya kurang lebih sama dengan miringotomi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN MASALAH OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT
A. PENGKAJIAN
Tanggal : ....................
Jam : ....................
Tempat : ....................
1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama :
Tempat,Tgl Lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
No. CM :
Tanggal Masuk RS :
Diagnosa Medis :
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Tempat,Tgl Lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku Bangsa :
Hubungan Dgn Klien :
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama :
Nyeri dalam telinga
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Klien mengalami demam tinggi, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, mengalami gangguan pendengaran, kadang-kadang memegang telinga yang sakit, mual, muntah, diare dan kejang-kejang.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Riwayat Infeksi saluran pernapasan atas, riwayat batuk pilek (rhinitis)
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Sering terjadi pada penyakit bawaan seperti sindrom down
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan :
Klien mengatakan kebersihan lingkungan klien terjaga
f. Genogram
Keterangan :
= Laki-laki meninggal = Perempuan
= Perempuan meninggal = Menikah
= Laki-laki = Tinggal serumah
= Klien = Anak
3. POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Klien yang masih kecil belum bisa mengungkapkan persepsinya terhadap sakit yang sedang dideritanya, biasanya ditunjukkan dengan menangis dan rewel
b. Pola aktifitas kesehatan/latihan
Klien belum bisa melakukan semua aktifitas sehari-hari secara mandiri karena masih kecil
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Mandi ü
Berpakaian ü
Eliminasi ü
Mobilitas ditempat tidur ü
Pindah ü
Ambulansi ü
Makan . ü
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dengan menggunakan alat bantu
2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain
3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu
4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktifitas
c. Pola istirahat/tidur
Selama sakit klien mengalami gangguan pola tidur karena sering terbangun dan sulit tidur
d. Pola nutrisi metabolik
Selama sakit klien bisa mengalami mual,muntah dan diare sehingga menyebabkan nafsu makan klien menurun
e. Pola eliminasi
Selama sakit klien bisa mengalami diare
f. Pola kognitif perseptual
Saat pengkajian klien dalam keadaan sadar, pendengaran terganggu dan klien lemah
g. Pola konsep diri
1) Identitas diri : tidak terganggu, klien mampu mengenal dirinya sendiri
2) Ideal diri : belum bisa dikaji
3) Gambaran diri : belum bisa dikaji
4) Peran diri : belum bisa dikaji
5) Harga diri : belum bisa dikaji
h. Pola seksual Reproduksi
Klien masih bayi/anak-anak dan belum menikah
i. Pola nilai dan kepercayaan
Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan
j. Pola peran hubungan
Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan orang lain secara mandiri
k. Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi/anak-anak dan belum mampu berespon terhadap adanya suatu masalah
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Klien lemah
b. Tanda-tanda vital
§ Nadi : 120 – 130 kali per menit
§ Tekanan darah : normal
§ Suhu : 39ºC – 40,5ºC
§ Pernafasan : 30 – 35 kali per menit
§ BB : normal
§ TB : normal
c. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala
- Inspeksi : bentuk kepala simetris, rambut klien berwarna hitam dengan persebaran merata, tidak ada lesi, rambut kuat
- Palpasi : kulit teraba hangat, tidak ada massa
2) Mata
Bentuk bola mata normal, kelopak mata normal, konjungtiva normal, sclera putih, kornea bening, pupil isokor
3) Telinga
§ Inspeksi : daun telinga simetris, terdapat serumen, membrane timpani pucat atau kemerahan
§ Palpasi : terdapat nyeri tekan pada prosesus mastoideus
5) Hidung
§ Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak ada perdarahan, tidak terdapat massa/benjolan
§ Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6) Mulut
§ Inspeksi : bentuk bibir normal, mulut agak berbau, mukosa bibir agak kering, tidak ada perdarahan dan bengkak pada gusi
7) Leher
§ Inspeksi : bentuk leher simetris, tidak terdapat bendungan vena jugularis
§ Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8) Dada
§ Inspeksi : bentuk dada normal, tidak ada retraksi dada,
§ Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
§ Perkusi : terdengar suara sonor
§ Auskultasi : tidak ditemukan suara nafas tambahan, bunyi jantung reguler
9) Abdomen
§ Inspeksi : kontur permukaan rata, bentuk simetris
§ Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
§ Auskultasi : peristaltic usus 18x/menit
10) Genetalia
§ Genetalia normal, tidak terdapat luka
11) Ekstremitas
§ Atas : anggota gerak atas lengkap, tangan kanan dan kiri dapat bergerak bebas
§ Bawah : anggota gerak bawah lengkap, kaki kanan dan kaki kiri dapat bergerak bebas dan nyaman
12) Muskuloskeletal
Otot simetris dan dapat bekerja dengan baik
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Data Fokus
Data obyektif :
§ Sering memegang telinga
§ Bibir agak kering
§ Suhu : 39ºC – 40,5ºC
§ Klien mengalami gangguan pendengaran
§ Serumen dalam telinga
§ Telinga kemerahan
§ Klien rewel dan gelisah
Data Subyektif :
§ Klien menyatakan nyeri pada telinga
§ Ibu klien menyatakan bahwa klien sulit tidur
§ Ibu klien menyatakan bahwa klien mudah terbangun saat tidur
2. Analisis data :
No Symptom Problem Etiologi
1 DS :
- Klien menyatakan nyeri pada telinga
DO :
- Klien sering memegang telinga
- Terdapat serumen dalam telinga
- Telinga kemerahan Nyeri akut Infeksi pada telinga bagian tengah
2 DS :
- Suhu : 39ºC – 40,5ºC
- Kulit teraba hangat
- Bibir agak kering Hipertermi Infeksi pada telinga tengah
3 DS :
- Ibu klien menyatakan bahwa klien sulit tidur
- Ibu klien menyatakan bahwa klien sering terbangun dari tidur
DO :
- Klien tampak lemah Gangguan pola tidur Nyeri yang hebat
4 DS : -
DO :
- Klien mengalami gangguan pendengaran
- Terdapat serumen dalam telinga
- Telinga kemerahan
- Nyeri tekan pada prosesus mastoideus Perubahan persepsi sensori auditori Gangguan pendengaran
5 DS :
- Ibu klien menyatakan bahwa klien sulit tidur
- Ibu klien menyatakan bahwa klien mudah terbangun
DO :
- Klien rewel dan gelisah Cemas Perubahan status dalam kesehatan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi pada telinga bagian tengah
2. Hipertermi berhubungan dengan infeksi pada telinga bagian tengah
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang hebat
4. Perubahan persepsi sensori auditori berhubungan dengan gangguan pendengaran
5. Cemas berhubungan dengan perubahan status dalam kesehatan
D. RENCANA KEPERAWATAN
Waktu No. DX Tujuan Intrvensi
Tgl Jam
1
2
3
4
5
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….x24 jam skala nyeri dapat berkurang/hilang, dengan criteria hasil:
Pain level :
· 210201 melaporkan nyeri
· 210203
frekwensi nyeri
· 210206
ekspresi masase muka nyeri
· 210207
mengatur posisi badan
Pain control :
· 160501
mengenali faktor penyebab
· 160502
mengenali serangan nyeri
Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan suhu badan klien turun/normal dengan kriteria hasil :
Thermoregulation :
§ 080002 suhu tubuh dalam rentang normal
§ 080012 nadi dalam rentang normal
§ 080013 RR dalam rentang normal
Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan pola tidur klien adekuat dengan kriteria hasil :
Sleep :
§ 000401 banyak waktu tidur
§ 000403 pola tidur
§ 000404 kualitas tidur
§ 000405 Efisiensi tidur
§ 000414 TTV dalam rentang normal
Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan persepsi sensori auditori klien kembali normal dengan kriteria hasil :
Anxiety control :
§ 140201 monitor intensitas cemas
§ 140202 menyingkirkan tanda kecemasan
§ 140203 menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
§ 140204 mencari informasi untuk menurunkan cemas
§ 140205 merencanakan strategi koping
§ 140206 menggunakan strategi koping efektif
§ 140207 menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
§ 140208 melaporkan penurunan durasi dari episode cemas
§ 140213 melaporkan tidak adanya gangguan persepsi sensori
Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan rasa demas berkurang atau hilang dengan kriteria hasil :
Anxiety control :
§ 140201 monitor intensitas cemas
§ 140202 menyingkirkan tanda kecemasan
§ 140203 menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
§ 140204 mencari informasi untuk menurunkan cemas
§ 140205 merencanakan strategi koping
§ 140206 menggunakan strategi koping efektif
§ 140207 menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
§ 140208 melaporkan penurunan durasi dari episode cemas
Keterangan :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan
Pain management
· Mengkaji secara konfrehensif tentang nyeri meliputi karakteristik penempatan, serangan, frekwensi, intensitas nyeri dan faktor presipitasi
· Monitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri pada interval yang ditentukan
· Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab, berapa lam terjadi dan tindakan pencegahan
· Gunakan komunikasi theraupetic kepada pasien tentang pengalaman nyeri
Patient controlled analgesia (pca) assistance
bekerja sama dengan dokter, pasien dan anggota keluarga di dalam memilih jenis antipiretik untuk digunakan
Fever treatment :
§ Monitor suhu sesering mungkin
§ Monitor warna dan suhu kulit
§ Monitor tekanan darah, nadi dan RR
§ Berikan antipiretik
§ Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
§ Selimuti klien
§ Kolaborasi pemberian cairan intravena
§ Kompres klien pada lipat paha dan aksila
Sleep Enhancement :
§ Tentukan aktifitas tidur klien
§ Perkirakan waktu tidur kien yang teratur
§ Tentukan efek dari pengobatan terhadap pola tidur
§ Monitor pola tidur dan lama tidur klien dalam jam
§ Sesuaikan lingkungan seperti berisik, suhu, alas tidur dan tempat tidur untuk meningkatkan tidur
§ Bantu untuk membuang faktor stress sebelum tiba waktu tidur
§ Monitor makanan sebelum tidur dan selingan yang tepat dengan tidur
§ Naikkan peningkatan waktu untuk tidur jika diperlukan
§ Kaji rencana administrasi pengobatan untuk mendukng tidur klien
Anxiety reduction :
§ Ciptakan ketenangan, mendatangkan ketentraman
§ Tinggal dengan klien untuk memantau kenyamanan dan menciptakan keterbukaan
§ Anjurkan klien untuk tidak melakukan aktifitas yang berat
§ Dengarkan dan perhatikan keluhan dari klien
§ Berusaha memahami keadaan klien
§ Temani klien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut
§ Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
§ Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat
Anxiety reduction :
§ Ciptakan ketenangan, mendatangkan ketentraman
§ Tinggal dengan klien untuk memantau kenyamanan dan menciptakan keterbukaan
§ Anjurkan klien untuk tidak melakukan aktifitas yang berat
§ Dengarkan dan perhatikan keluhan dari klien
§ Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipnea, ekspresi cemas non verbal)
§ Gunakan pendekatan dan sentuhan (permisi) verbalisasi, untuk meyakinkan klien tidak sendiri dan mengajukan pertanyaan
§ Sediakan aktifitas untuk menurunkan ketegangan
§ Berusaha memahami keadaan klien
§ Temani klien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut
§ Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
§ Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
§ Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aeskulapius FKUI : Jakarta
§ Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume III. EGC : Jakarta
§ Sosialisman & Helmi. 2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher Edisi V. FKUI : Jakarta
§ http://hennykartika.wordpress.com/2007/12/29/otitis-media-akut/
§ http://www.geocities.com/kliniktehate/penyakit-telinga/otitis-media-akut.htm
§ http://www.indonesiaindonesia.com/f/13306-otitis-media-akut/
Kamis, 25 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar