Rabu, 24 Maret 2010

ASKEP CIDERA KEPALA

ANITA WAHYUNINGTYAS
04.07.1564

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Tengkorak sebagai pelindung jaringan otak mempunyai daya elastisitas untuk mengatasi trauma bila dipukul atau terbentur benda tumpul. Namun pada tempat benturan, beberapa mili detik akan terjadi depresi maksimal diikuri asilasi. Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan, edema otak, perdarahan, disusun derajat yang bervariasi, tergantung pada luas daerah trauma.

2. Patofisiologi
Otak dapat ebrfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel sara hamper seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan baker metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg % karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bla kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala pemenuhan disfungsi selebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolic anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusia berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini menyebabkan timbulnya metabolic asidosis.
Dlam keadaan normal aliran darah selebral (CBF) adalah 50-60 ml / menit / 100 gr jaringan otak, yang merupakan 15% dari curah jantung (CD).

- Faktor Kardiovaskuler
Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung mencakup aktivitas antipikal minkardial, perubahan tekanan vaskuler dan edema paru.
- Faktor Respiratori
Adanya edema paru pada trauma kepala dan vasokontriksi paru menyebabkan hiperpnoc dan bronkokonstriksi.
- Faktor Gastrointestinal
Trauma kepala juga mempengaruhi system Gastrointestinal. Setelah trauma kepala terdapat respon tubuh dengan rangsangan aktivitas hipotalamus dan stimulus vagal.
- Faktor Psikologis
Selain dampak masalah yang mempengaruhi fisik pasien, trauma kepala pada pasien adalah suatu pengalaman yang menakutkan. Gejala sisa yang timbul pasca trauma akan mempengaruhi pasien.

A. ASUHAN KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
3. Identitas Pasien
- Nama : sri kuwatmi
- Umur : 50 Tahun
- Jenis Kelamin : perempuan
- Agama : islam
- Suku/Bangsa : jawa / Indonesia
- Alamat : kendal
- Pekerjaan : Petani

4. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
Pada saat pengkajian pasien mengatakan cidera kepala karena terbentur.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan cidera kepala tanggal 9 Desember 2005 setelah terbentur benda tumpul. Pasien mengatakan sakit dan luka di kepala, tidak dapat istirahat dan tenang, asupan haluaran tidak seimbang dan pus pada darah kulit yang rusak.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan dulu pernah mengalami luka waktu kecelakaan masuk rumah sakit dan dirawat sampai sembuh.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
di dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menular.
 Genogram








Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien

5. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Nutrisi
- Sebelum sakit pasien mengatakan biasa makan 3X sehari dengan menu makan pagi nasi, lauk dan segelas susu. Siang dan malam nasi, lauk, sayur dan kadanh buah, makan habis satu porsi tiap makan.minum 6-7 gelas/hari
- Saat sakit pasien mengaakan nafsu makan berkurang, pasien hanya makan setengah porsi dari biasanya, minum 6-7 gelas/hari
b. Pola Tidur / Istirahat
- Sebelum sakit pasien mengatakan biasa tidur dari pukul 23:00 sampai pukul sampai pukul 05:00,pasien tidak biasa tidur siang
- Saat sakit pasien mengatakan tidur sering terjagakarena merasa kurang nyaman dengan keadaannya. Pasien mengatakan tidur pukul 00:05 sampai 04:00, pasien sering terbangun di malam hari
c. Pola aktivitas
- Sebelum sakit pasien bisa melakukan aktifitasnya tanpa terganggu. Pasien bisa memenihi kebutuhannya secara mandiri seperti mandi,makan
- Saat sakit aktifitas pasien menjadi terganggu. Pasien tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri pasien memerluka bantuan orang lain untuk membantunya.
d. Pola eliminasi
Sebelum sakit dan saat sakit pasien mengatakan baiasa BAB satu kali sehari dengan kondisi feses lembek, warna kuning. BAK 5-6 x/hari, bau pesing
e. Pola koping
- Sebelum sakit pasien mengatakan tidak perbah menceritakan masalahnya dengan orang lain, pasien berusaha mengatasi sendri tanpa bantuan orang lain
- Saat sakit pasien mengatakan selalu menceritakan masalahnya dengan oaring lain. Dalam mengatasi masalahnya pasien meminta bantuan orang lain.
f. Pola kognitif
Ingatan pasien menurun. Bila ditanya sesuatau pasien berusaha keras mengingatnya kembali
g. Konsep diri
Sebelum sakit pasien selalu tamapak cria, dapat memenuhi kebutuhannya dengan mandiri seperti makan, mandi, pasien banyak bicara tapi saat sakit pasien mengatakan tidak percaya diri, merasa tidak berguna denagan kondisi seperti ini.
h. Pola reproduksi
Pasien mempunyai dua orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan. Pasien mengatakan tidak menstruasi lagi (menopause)
i. Hubungan dengan masyarakat
Hubungan pasien denagn masyarakat baik, pasien ramah dan sopan
j. Pola kopercayaan (spiritual)
Pasien beragama hindu dan biasa sembahyang setaiap hari pada sore hari. Saat sakit pasien hanya bisa berdoa.

6. pemeriksaan Fisik
a. keadaan umum
- kesadaran : Compos Mentis
- TB/BB : 158 cm / 52 Kg
b. Vital sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 81 X/mnt
Pernafasan : 20 X/mnt
Suhu : 36,9 C
7. Pemeriksaan Penunjang : tidak ada







B. ANALISA DATA
1.
NO DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF KESIMPULAN
1


2.




3. Pasien mengatakan asupan haluaran tidak seimbang
Pasien mengatakan ada
Pus pada daerah kulit yang rusak


Pasien mengatakan tidak dapat istirahat denagn tenang Turgor kulit pasien tidak baik

Luka pasien terdapat tanda infeksi seperti rubor,dolor, kalor, tumor dan fumgsio lesia
Pasien tidak tenang dan gelisah Kekurangan volume cairan dan elektrolit
Potensial terjadinya infeksi.


Gangguan rasa nyaman













2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan penurunan produksi anti diuretic hormone (ADH) akibat terfiksasinya hipotalamus.
2. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan masuknya kuman melalui jaringan atau kontinuitas yang rusak
3. Gangguan rasa myaman berhubungan dengan kerusakan jaringan otak dan perdarahan otak

C. INTERVENSI
RENCANA KEPERAWATAN HOME CARE
PADA PASIEN CIDERA KEPALA
Tanggal Diagosa Keprerawatan Tujuan Intervensi Rasional TT
9-12-05
Pk 12.00































9-12-05
Pk 12.00


































9-12-05
Pk 12.00
- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan produksi anti diuretic hormone (ADH) akibat terfiksasinya hipotalamus






















- Potensi terjadinya infeksi sehubungan dengan masuknya kuman melalui jaringan atau kontinuitas yang rusak





























- Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kerusakan jaringan otak an pendarahan otak - Setelah dilakukan askip selama 2x24 jam diharapkan cairan elektrolit tubuh seimbang dan kriteria hasil
- Asupan-haluaran seimbang yaitu asupan cairan selama 24 jam 1-2 liter dan haluaran urin 1-2 cc/ kg BB/jam
- Turgor kulit bik
- Nilai elektrolit tubuh normal


















- Setelah dilakukan askep selama 2x24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi baru dengan kriteria hasil:
- Tidak terdapatnya tanda infeksi seperti rubor, dolor, kalor, tumor dan fungsioksa
- Tidak ada pus pada daerah kulit yang rusak























- Setelah diberi askep selama 2x24 jam diharapkan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria hasil:
- Pasien tenang, tidak gelisah,
- Nyeri kepala pusing dan vertigo hilang
- Pasien dapt istirahat dengan tenang - berikan cairan setiap hari tidak boleh lebih dari 2000 cc



- pasang dower klateter dan mopnitornya warna urin, bau urin dan aliran urin







- Kolaborasi dengan tim analisis untuk pemeriksaan kadar elektrolit tubuh






- Kakukan cuci tangan dan sesudah melakukan tindakan perawatan secara aseptic dan antiseptic
- kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antibiotic






- Kolaborasi dengan tim analisis untuk pemeriksaan kadar lekosit, liquor dari hidung, telinga dan urin serta kultur resistensi








- Ajarkan teknih relaksasi sepertio latihan nafas dalam dan relaksasi otot
















- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analetik
- Berguna untuk menghindari peningkatan cairan diruang ekstra seluler yang dapat menambah edema otak
- Dapat membantu kelancaran pengeluaran urin sehingga tidak terjadi urin statis. Monitor kualitass dan kuantitas urin untuk mencegah komplikasi
- Pada trauma kepala dengan pemakaianmonitol dan obat-obatan diuretic dapat mengalami ketidak seimbangan elektrolit hiponatremia

- Untuk mencegah infeksi nasokomial






- Antibiotic berguna untuk membunuh bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh sehingga infeksi dapat dicegah
- Kadar leukosit darah dan urin adalah indikator dalam menentukan infeksi. Liquar dari mulut dan hidung diperiksa untuk menentukan asal cairan dan kultur resistensi untuk menentukan jenis kuman dan terapi yang akan digunakan
- Latihan nafas dalam relaksasi otot dapat mengurangi ketegangan saraf sehingga pasien merasa lebih rileks dan dapat mengurangi rasa nyeri kepala, pusing dan latihan vertigo latihan nafas dalam dapat membantu pemasukan oksigen lebih banyak, terutama untuk oksigenasi otak
- Obat analgetik untuk meningkatkan ambang rasa nyeri, pusing yang dapat mengurangi rasa nyeri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar