Senin, 29 Maret 2010

CKD

NAMA : FARADIAN FAJRINAMA : FARADIAN FAJRI

NIM     : 04.07.1573NIM     : 04.07.1573

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

CKD merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia dan sekarang diakui sebagai sebuah kondisi umum yang dikaitkan dengan peningkatan resiko penyakit jantung. National Kidney Fondation mendefinisikan penyakit ginjal kronis sebagai kerusakan atau penimbunan laju filtrasi glomerulus ginjal (GFR) kurang dari 60mL/min/1.73m2 selam 3 atau lebih bulan. Apapun etiologi yang mendasarinya kerusakan ginjal irreversibel massa dengan sklerosis dan hilangnya nefron menyebabbkan penurunan progresif GFR. Tahap yang berbeda dari penyakit ginjal kronis membentuk sebuah kontinum. Sebelum februari 2002 tidak ada klasifikasi seragam tentang tahap penyakit ginjal kronis.
Oleh karena rumitnya masalah CKD itu sendiri, maka kami ingin mendalami kasus CKD dengan mengambil salah satu kasus dengan diagnosis medis CKD yang diderita salah satu pasien di Ruang Jempiring RSUD Singaraja. Dengan mengangkat kasus ini diharapkan kami dapat melihat secara nyata tanda dan gejala yang diderita pasien serta dapat memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana keadaan pasien sebelum dilakukan intevensi
2. Bagaimana keaadan pasien setelah dilakukan intervensi

C. MANFAAT DAN TUJUAN
1. Untuk mengetahui lebih dalam kasus chronic kidney disease (CKD) dan cara penanganannya
2. Untuk mengetahui keadaan pasien sebelum dan sesudah dilakukan intervensi



BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN


A. DEFINISI
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk memeprtahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolik yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (KMB volume II, hal 1448)
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerator kurang dari 50ml/menit. (Suyono RF, hal 21 2001)
Gagal ginjal kronis atau chronic kidney disease merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irefersibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (Smeltzer dan Bare, 2001)

B. ETIOLOGI
Penyebab dari gagal ginjal kronik adalah:
1. Infeksi saluran kemih/pielonefritis kronis
2. Penyakit peradangan glumerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif(nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE poliarterites nodusa, sklerosi sistemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gocit, hiperparatiroirisme)
7. Netropati toksik
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)
(price dan wilson, 1994)
Penyebab chronic kidney disease cukup banyak tetapi utuk keperluan klinis dapat dibagi 2 kelompok :
1. Penyakit parenkim ginjal
Penyakit ginjal primer : glomerulonefritis, miebnefritis, ginjal polikistis TBC ginjal.
Penyakit ginjal sekunder : nefritis lupus, nefropati, amilordosis ginjal, poliartritis nodasa, selelosis sistemik, gout, DM.
2. Penyakit ginjal obstruktif
Pembesaran prostat, batu saluran kemih, refluk ureter. Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan infeksi yang berulang dan nefron yang memburuk. Obstruksi saluran kronik destruksi pembuluh darah akibat diabetes dan heipertensi yang lama, secar pada jaringan, dan trauma langsung pada ginjal.

C. TANDA DAN GEJALA
1. Gangguan pernafasan (sesak nafas)
2. Sakit kepala
3. Kelelahan fisik dan mental
4. Anoreksia
5. Mual dan muntah
6. Nyeri sendi

D. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagai nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesia nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/ daya jaring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarutkan menjadi lebih besar dari pada yang bisa direabsorbsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala – gejala khas kegagalan ginjal bila kira – kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90 %. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatin elecrace turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (Barbara c long, 1996,368)
Fungsi renal menurun produki akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urine) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (bruner & suddart, 2001 : 1148)
Pada gagal ginjal akut stadium 3 semua gejala sudah tampak jelas dan penderita masuk ke dalam keadaan dimana tidak dapat melakukan tugas sehari – hari sebagaimana mestinya.
Gejala yang timul seperti mual, muntah, nafsu makan berkurang, sesak nafas, pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur, kejang dan akhirnya ginjal sudah tidak sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh dan pengobatannya dengan dialisis atau penggantian ginjal.
Pada stadium III ini 90% masa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrogen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguna.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urine
- Volume
- Warna
- Sendimen
- Berat jenis
- Kreatinin
- Protein
2. Darah
- BUN/ kreatinin
- Hitung darah lengkap
- Sel darah merah
- Natrium serum
- Kalium
- Magnesium fosfat
- Osmolaritas serum
3. Pielografi intravena
- Menunjukan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
- Pielografi dilakukan bila di curigai adanya obstruksi yang refersibel
- Arteriogram ginjal
- Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler, massa
4. Sistouretrogram berkemih
Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalaman, ureter, retenssi
5. Ultrasono ginjal
Menunjukan ukuran kandung kemih dan adanya massa, kista, obstruksi pada saluran kemih bagian atas
6. Biopsi ginjal
Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menemukan sel jaringan untuk diagnosis histologi
7. Endoskopi ginjal nefroskopi
Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal : keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor efektif
8. EKG
Mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, aritmia, hipertropi ventrikel dan tanda-tanda perikarditis


F. PENATALAKSANAAN
1. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan terdapat edema betis ringan. Pengawasan dilakukan melalui berat badan, urine dan pencatatan keseimbangan cairan.
2. Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40 g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan uremia, menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan gejala. Hindari masukan berlebih dari kalium dan garam.
3. Kontrol hipertensi
Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah. Sering diperlukan diuretik loop, selain obat antihipertensi.
4. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk mencegah hiperkalemia, dihindari masukan kalium yang besar (batasi hingga 60 mmol/hari), diuretik hemat kalium, obat-obat yang berhubungan dengan ekskresi kalium (misalnya, penghambat ACE dan obat antiinflamasi nonsteroid), asidosis berat, atau kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kadar kalium plasma dan EKG.
5. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti aluminium hidroksida (300-1800 mg) atau kalsium karbonat (500-3.000 mg) pada setiap makan.
6. Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan diterapi lebih ketat.
7. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya karena metabolitnya toksik dan dikeluarkan oleh ginjal.
8. Deteksi dini dan terapi komplikasi
Awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis, neuropati perifer, hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan, sehingga diperlukan dialisis.
9. Persiapkan dialisis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. Indikasi dilakukan dialisis biasanya adalah gagal ginjal dengan gejala klinis yang jelas meski telah dilakukan terapi konservatif, atau terjadi komplikasi.





















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.Y DENGAN DIAGNOSIS MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RUANG JEMPIRING RSUD SINGARAJA

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilaksanakan tanggal 9 Februari 2010 di bangsal jempiring jam 08.00 wita.
Tanggal MRS : 4 Februari 2010
Jam : 11.30 WITA

1. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama : Tn. Y
Tempat Tanggal Lahir : Desember 1969
Umur : 40 th
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Desa Pangkung Paruk Kecamatan Seririt
Agama : Hindu
Suku : Bali
Pendidikan : SD
Diagnosa Medis : CKD
No. RM : 15-30-10
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. L
Tempat Tanggal Lahir : 7 September 1974
Umur : 35 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Pangkung Paruk Kecamatan Seririt
Agama : Hindu
Suku : Bali
Pendidikan : SD
Hubungan dengan Pasien : istri pasien

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh merasa nyeri pada ulu hati, merasa mual dan lemas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien merasa nyeri ulu hati, mual dan kemudian menjadi muntah. Badan pasien lemas dan pucat sejak 1 minggu yang lalu.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah melakukan operasi batu ginjal kiri, tahun 2005 ginjal kiri pasien diangkat. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi. Pasien sudah pernah melakukan hemodialisa.
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Dari keluarga pasien tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan pasien. Keluarga pasien tidak ada yang pernah masuk rumah sakit sebelumnya. Dari keluarga pasien juga tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan.
e. Genogram











Keterangan :

= perempuan
= laki-laki

= menikah

= meninggal

= pasien

= tinggal dalam 1 rumah

f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal pasien bersih. Rumah pasien masuk dalam lingkungan desa.

3. POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Persepsi terhadap Kesehatan
Pasien mengatakan bahwa sakit merupakan keadaan yang membuat badannya terasa lemah dan lesu sehingga menggangu aktivitas hidupnya sehari-hari. Apabila sakit yang dirasakan oleh pasien seperti flu, batuk dan sakit kepala. Biasanya pasien membeli obat di warung ataupun toko-toko dekat rumahnya. Dan jika sakit yang dirasa pasien bertambah parah, barulah pasien pergi ke rumah sakit. Pasien mempunyai kebiasaan sering minum kopi, pasien juga merokok dengan frekwensi kadang-kadang.
b. Pola Aktivitas Latihan
Sebelum sakit pasien dapat melakukan semua aktivitas secara mandiri. Namun sejak masuk rumah sakit segala aktivitas pasien dibantu oleh orang lain. Aktivitas itu meliputi mandi, berpakaian, eleminasi, mobilisasi ditempat tidur, ambulansi, makan dengan skala sebagai berikut :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/Berdandan
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Merepikan rumah
Ambulansi
Makan √







Keterangan :
0 = bisa melakukan aktivitas secara mandiri
1 = bisa melakukan aktivitas dengan bantuan alat
2 = bisa melakukan aktivitas dengan bantuan orang lain
3 = bisa beraktivitas dengan bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung total
c. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit pasien dapat tidur ± 8 jam sehari dari pukul 20.00 – 06.00 WITA dengan nyenyak. Selama sakit tidur pasien terganggu karena rasa nyeri di ulu hatinya sehingga pasien merasa mual. Pasien tidur pada siang hari dan juga pada malam hari namun jumlah jam tidur pasien hanya 5 jam dan sering terbangun karena nyeri dan rasa mualnya. Pasien tidak mempunyai kebiasaan-kebiasaan sebelum tidur ataupun kebiasaan minum obat tidur.
d. Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum sakit nafsu makan dan minum pasien sangat baik. Pasien makan ± 3x sehari dengan menggunakan lauk dan sayur. Pasien juga minum sampai 4- 5 gelas per hari. Pasien sangat menyukai minum kopi.
Selama sakit nafsu makan pasien menurun. Pasien terkadang mual jika makan. Pasien juga kadang-kadang muntah setelah maupun sebelum diberi makan. Selama sakit dan dirawat dirumah sakit pasien dianjurkan diet rendah protein dan rendah garam. Setelah sakit pasien mulai untuk minum banyak ± 9 – 11 gelas sehari.
e. Pola Eleminasi
Selama sakit pasien dapat BAB dengan BAB terakhir normal ( BAB pada tanggal 9 Februari 2010 ) namun jumlahnya sedikit dengan warna kuning, bau khas feces dan konsistensi lunak. Pasien terpasang kateter.
f. Pola Kognitif Perseptual
Selama sakit pasien mampu berkomunikasi dengan baik meskipun suara pasien lemah dan pelan. Pasien mengerti apa yang dibicarakan serta mampu melihat dengan jelas. Pasien tidak mengalami vertigo dan pasien juga belum bisa melakukan management nyeri.
g. Pola Konsep Diri
1). Harga Diri : pasien merasa rendah diri terhadap penyakit yang dideritanya
2). Ideal Diri : tidak terganggu
3). Identitas Diri : pasien mengetahui segala hal tentang dirinya dan tidak mengalami ganguan dalam hal identitas diri
4). Gambaran Diri : pasien pada tahun 2005 diangkat ginjal kirinya
5). Peran Diri : selama sakit pasien tidak dapat melakukan perannya sebagai karyawan dan ayah dengan baik
h. Pola Koping
Pasien sangat optimis terhadap masa depannya dan yakin akan segera sembuh
i. Pola Seksual Reproduksi
Selama sakit pasien mengalami gangguan dalam pola seksual atau reproduksinya. Pasien tidak pernah melakukan hubungan suami-istri selama sakit.
j. Pola Peran Hubungan
Selama sakit pasien tidak bisa bekerja. Namun pasien tetap dapat berkomunikasi dengan keluarganya maupun dengan perawat. Hubungan pasien dengan keluarganya baik. Selama di RS pasien mendapat banyak dukungan dari keluarga agar pasien tetap optimis untuk sembuh.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Pasien beragama Hindu namun selama sakit pasien tidak dapat melakukan ibadah seperti biasa. Selama sakit pasien atau keluarga tidak ada permintaan rohaniawan.

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,7˚C Pernapasan : 20
Nadi : 84 TD : 140/90 mmHg
Nyeri : skala 7
b. Keadaan Umum
Pasien tampak menahan nyeri pada ulu hatinya, pasien tampak pucat dan lemah dan kadang-kadang tampak ingin muntah. Kesadaran compos mentis dengan GCS 15. Pakaian, kerapian, dan kebersihan badan pasien bersih, rapi dan tidak berbau.
c. Kulit, Rambut, Kuku
 Inspeksi
 Warna Kulit : normal
 Lesi : tidak ada lesi pada pasien
 Jumlah Rambut : lebat
 Warna Kuku : merah muda
 Bentuk Kuku : normal (180º)

 Palpasi
 Suhu : 36,7ºC Turgor : normal
 Kelembaban : lembab Edema : tidak ada edema
 Tekstur : halus
d. Kepala
 Inspeksi
 Kesimetrian Muka : simetris
 Tengkorak : simetris
 Rambut : warna hitam
 Kulit Kepala : tidak kotor
 Palpasi
 Kulit Kepala : tidak ada lesi, bengkak,edema,nyeri
 Deformitas : tidak ada deformitas
e. Mata
Bentuk Bola Mata : bulat (sferik)
Kelopak Mata : dapat membuka dan menutup dengan sempurna
Konjungtiva : anemis
Sklera : putih
Pupil : Isokor
Gerakan : tidak kaku, dapat bergerak bebas
Lapang Pandang : lapang pandang pasian luas
Tekanan Bola Mata : tidak ada nyeri tekan
f. Telinga
 Inspeksi
 Daun Telinga : daun telinga bersih, bentuk simetris
 Liang Telinga : ada serumen warna coklat, kotor
 Palpasi
 Nyeri Tekan Tragus : tidak ada nyeri tekan
 Uji Pendengaran : dapat mendengar dengan jelas
g. Hidung
 Inspeksi
 Bagian Luar : simetris
 Ingus : tidak ada ingus
 Pendarahan : tidak ada pendarahan
 Penyumbatan : tidak ada penyumbatan
 Palpasi
 Sinus-Sinus : tidak ada nyeri tekan pada sinus
h. Mulut
 Inspeksi
 Bibir : tidak ada sianosis pada bibir, mukosa bibir lembab
 Gigi dan Gusi :gigi dan gusi baik dan tidak ada pembengkakan
 Faring : tidak ada pembengkakan
 Ovula : tidak ada pembengkakan
 Tonsil : tidak ada pembengkakan
 Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada lidah pada pipi. Pasien mempunyai bau mulut
i. Leher
 Inspeksi
 Bentuk : simetris
 Warna Kulit : normal
 Bengkak : tidak ada pembengkakan
 Tumor : tidak ada tumor
 Gerakan : dapat bergerak bebas dan tidak kaku
 Palpasi
 Kelenjar Limfe : tidak ada pembengkakan
 Kelenjar Tiroid : tidak ada pembengkakan
j. Dada dan Paru-Paru
 Inspeksi
 Bentuk : bentuk normal, bentuk simetris antara kanan dan kiri
 Kulit : normal, tidak ada lesi
 Palpasi
 Benjolan/Massa : tidak ada benjolan ataupun massa
 Nyeri Tekan : tidak ada nyeri tekan
 Krepitasi : tidak ada krepitasi
 Pengembangan : dapat mengembang maksimal
 Taktil/Vokal Fremilus : antara kanan dan kiri sama
 Perkusi : resonan
 Auskultasi
 Frekuensi dan Irama : 24x/menit dan reguller
 Lainnya : suara vesikuler
k. Jantung
Ictus cordis teraba di intercosta 5 midclavikula kiri
l. Abdomen
 Inspeksi
Bentuk abdomen pasien datar dan simetris
 Auskultrasi
Peristaltik usus 20x/menit
 Perkusi
tympani
 Palpasi
Pasien merasakan nyeri tekan
m. Anus dan Rectum
Tidak ada hemoroid
n. Alat Kelamin
Tidak ada masalah pada alat kelamin pasien
o. Muskuloskeletal
 Otot
Otot pasien ukurannya sedang, skala kekuatan otot 4
 Tulang
Tidak ada deformitas, pembengkakan, edema maupun nyeri tekan pada tulang
 Persendian
Tidak ada nyeri tekan maupun krepitasi
p. Neurologi
GCS 15, pasien dapat bergerak namun tidak sebebas saat pasien sehat, sensasi dan regulasi baik, integrasi baik dan pola pemecahan masalah serta penyesuaian diri pasian baik
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
 Lab Klinik Seririt
Tanggal 3 Februari 2010
Fungsi Ginjal Hasil Normal
BUN 66 mg/dL 4,7-2,3 mg/dL
Creatinine 3.6 L(0,6-1,1) P (0,5-0,9)

 Lab. RSUD Singaraja
Tanggal 4 februari 2010
Pemeriksaan Hasil Normal
ALT/SGPT 12 µ/L 0-42
AST/SGOT 13µ/L 0-42
Glucose 163 mg/dL 75-115
HGB 6,72/dL
b. USG
Tanggal 8 februari 2010
Hasil :
• Hepar : normal
• Ginjal kiri : tidak ada
• Ginjal kanan : tidak ada batu dan suspect batu opaque

6. PENATALAKSANAAN
• IUFD NaCL
• CaCo3 : 3 X 1tablet
• Asam Folat : 2 X II tablet
• Metodopitadin : 3 X 1 tablet
• Ranitidine : 2 X 1 ampul


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Data Fokus :
a. Data Subjektif :
• Klien mengeluh nyeri pada ulu hati
• Klien mengeluh tidurna terganggu
• Klien mengatakan tidak nafsu makan
• Klien mengtakan mual
• Klien mengatakan nyeri pada sendinya
b. Data Objektif :
• Pasien tampak meringis menahan nyeri
• TD : 140/90 mmHg
• RR : 20 x/menit
• Nadi 84 x/menit
• Suhu 36,7ºC
• Skala Nyeri 7
• Pasien tampak lemah
• Pasien muntah
• Terdapat nyeri tekan abdomen
• Konjungtiva anemis
• Pasian tampak gelisah

2. Analisis Data :
NO SYMPTOM PROBLEM ETIOLOGI
1













2







3 DS :
 Pasien mengeluh nyeri pada ulu hatinya
 Pasien mengataka nyeri pada sendinya
DO :
 Pasien tampak meringis menahan nyeri
 Skala nyeri 7
 Konjungtiva anemis
 Pasien tampak gelisah
 Nyeri tekan abdomen
 Pasien tampak lemas
DS :
 Pasien mengeluh tidurnya terganggu
DO :
 Konjungtiva anemis
 Pasien tampak gelisah
 Pasien tampak lemah

DS :
 Pasien mengatakan tidak nafsu makan
 Pasien mengatakan mual

DO :
 Konjungtiva anemis
 Pasien muntah Nyeri akut














Gangguan pola tidur







Nausea
Agen cidera biologi













Nausea







Faktor fisiologis nyeri

Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah :
1). Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi ditandai dengan DO dan DS
2). Nausea berhubungan dengan faktor fisiologis nyeri ditandai dengan DO dan DS
3). Gangguan pola tidur berhubungan dengan Nausea ditandai dengan DO dan DS

C. PERENCANAAN
WAKTU NO. DX TUJUAN / NOC INTERVENSI/ NIC RASIONAL
TGL JAM
09/2’10 08.00 1














































2





























3







Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil
Pain level (2102)
 Melaporkan persentase nyeri badan yang terkena (210201)
 frekwensi nyeri (210202)
 Ekspresi mulut merasakan nyeri (210204)
 Gelisah (210206)
 Otot tegang (210207)
Skala :
1. Berat
2. Subtansial
3. Sedang
4. Agak berat
5. Tidak berat

Pain control (1605)
- mengenal faktor-faktor penyebab (160501)
- mengenal onset nyeri(160502)
- menggunakan tindakan menghilangkan nyeri analgetik(160503)
- mengenal symtom nyeri (160509)
- mlaporkan nyeri terkontrol(160511)
Skala :
1. tidak ditunjukkan
2. jarang ditunjukkan
3. kadang ditunjukkan
4. sering ditunjukkan
5. selalu ditunjukkan

Setelah dilakukan tindakan eperawatan selama 2x24 jam diharapan mual dan muntah pasien berkurang dengan kriteria hasil :
Comfort level (2100)
- Melaporkan keadaan fisik membaik (210001)
- Melaporkan kenyamanan (210002)
- Menyatakan kepuasan psikis (210004)
- Menyatakan kepuasan dengan tingkat independen (210008)

Skala :
1. Tidak ada
2. Sangat jarang
3. Jarang
4. Sedang
5. Sering


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola tidur pasien adekuat dengan kriteria hasil:
Rest (0003)
- lama istirahat (000301)
- pola istirahat (000302)
- kualitas istirahat (000303)
- istirahat fisik (000304)
- istirahat mental (000305)

Skala :
1. Sangat kompromi
2.Substansial kompromi
3. cukup kompromi
4. agak kompromi
5. tidak kompromi

Pain management (1400)
• Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensip termasuk karakteristik,lokasi, durasi,frekwensi,kulitas dan faktor presitivasi

• Observasi abnormal dan dari ketidaknyamanan

• Gunakan tehnik komunikasi terpeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

• Gunakan kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan pencahayaan dan kebisingan

• Ajarkan tehnik nonfarmako




• Evaluasi keefektifan kontrol nyeri









Analgesik administration (2210)
• Tentukan lokasi, karakteristik dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

• Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

• Cek instruksi dokter tentang jenis obat dan frekuensi

• Cek riwayat alegi pasien




• Evaluasi efektivitas analgetik tanda da gejala efek samping


Sleep enhancement (1850)
• Menentukan aktifitas pola tidur pasien


• Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit/stress


• Monitor pola tidur pasien dan monitor jam tidur pasien




• Bantu untuk menghiangkan situasi stress sebelum jam tidur

• Melakukan tindakan massage/pijatan posisi nyaman dan sentuhan efektif

Mengetahui tingkat nyeri pasien






Mengetahui tingkat nyeri pasien

Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien



Faktor tersebut dapat meningkatkan respon nyeri pasien



Mengurangi penggunaan obat dan efek samping


Mengetahui Keefektifan kontrol nyeri











Nyeri ringan tidak perlu pemberian obat anti nyeri


Memonitor tanda alergi obat



Meminimalisir salah obat dan dosis

Mengetahui jenis obat yang menimbulkan alergi pada pasien

Memonitor tanda dan gejala




Agar pasien dapat tidur teratur


Agar pasien mau dajak untuk berkerjasama

Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kemampuan tidur pasien

Agar pasien dapat tidur lebih nyaman


Agar pasien dapat tidur lebih nyaman





D. PELAKSANAAN
WAKTU NO. DX IMPLEMENTASI RESPON PARAF
TGL JAM
09/2/10 08.30

























10.30













11.30




12.00

1






1







1





2




2




1



3




2




2


Mengobservasi keadaan umum pasien (melakukan TTV)




Melakukan komunikasi teurapeutik tentang nyeri pasien





Mengecek riwayat alergi pasien




Memberikan injeksi pada selang infus ranitidin 1 ampul


Memonitor mual dan muntah



Mengobservasi keadaan umum pasien


Memposisikan pasien semifowler



Memberikan diet bubur rendah protein rendah garam


Memberikan obat oral :
- CaCO3 1 tablet
- Asam folat 2 tabet
- Methodopramin S : - klien mengeluh mual
O : - klien tampak lemas
- TD : 140/70 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
- Respirasi : 20 x/menit
- temperatur : 36,7°C

S : - klien mengeluh nyeri pada uluh hati
- Klien mengeluh nyeri pada sendi
O : - klien tampak meringis menahan sakit

S : - klien tidak mengatakan mempunyai alergi obat
O : - klien tidak mempunyai riwayat alergi obat
S : - klien mengatakan tidak mengalami mual
O : - klien tidak tampak pucat

S : - klien mengatakan merasa mual
O: - klien muntah


S : - klien mengeluh sesak
O: - respirasi 24 x/menit


S : - Klien mengatakan merasa lebih baik
O: - klien tampak dapat bernafas normal

S: - pasien merasa mual
O: - makanan tidak habis
- Pasien muntah


S : -
O: - obat diminum pasien

13.15




13.45 1.3




3 Mengajarkan pasien nafas dalam



Memonitor pola tidur pasien S : - klien masih merasa nyeri dan sulit tidur
O : - klien tampak masih nyeri dan tidak bisa tidur siang
S : - klien mengatakan tidak bisa tidur
O : - klien tampak memejamkan mata



10/02/10 07.30








08.00




08.30




09.20


10.00




11.30











13.00 1








2




2




2


3




2




2






1.3 Mengobservasi keadaan umum pasien dan mengukur tanda vital





Memberikan injeksi ranitidin 1 ampul



Memberikan diet bubur rendah protein rendah garam


Memonitor jumlah output melalui muntah

Melakukan komunikasi teurapeutik tentang pentingnya tidur adekuat selama sakit

Memberikan diet rendah protein rendah garam


Memberikan obat oral :
- CaCO3 1 tablet
- Asam folat 2 tablet
- Methodopran 1 tablet

Mengajarkan teknik nafas dalam S : - klien masih mengeluh mual
O : - klien tampak lemas
- Nyeri tekan abdomen
- TD : 130/80
- Nadi : 80 x/menit
- Respirasi : 20x/menit
- Suhu : 36,5°C

S : - klien tidak mengatakan gatal setelah di injeksi
O :- tidak ada tanda alergi obat
S : -
O : - klien tidak nafsu makan
- Makanan belum habis
S : -
O : - klien muntah

S : - pasien dan keluarga mengerti
O : -


S : - pasien tidak nafsu makan
O : - makanan habis ½ piring

S : -
O : - obat oral diminum
- Tidak ada tanda alergi



S : - klien merasa lebih relax
O: - klien tampak mulai mengantuk

11/02/10 07.30






08.00



08.30



09.00





10.15


11.30



13.30


1






2



2



2





2


2



3






2



2





3




1.3 Mengobserfasi keadaan umum pasien dan mengukur tanda vital




Memberikan injeksi Ranitidin 1 ampul melalui selang infus

Memberikan diet rendah protein rendah garam

Memonitor respon emosinal pasien terhadap makanan saat makan


Memonitor kalori dan masukan nutrisi

Memonitor mual dan muntah


Memonitor pola tidur pasien





Memberikan diet rendah garam rendah protein

Memberikan obat oral
- CaCO3 1 tablet
- As. Folat 2 tablet
- Metodeprin 1 tablet

Menentukan aktifitas pola tidur pasien



Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam S : -
O : - klien tampak lemas
- TD : 120/70 mmHg
- Nadi : 84x/menit
- Suhu : 36°C
- Respirasi : 16x/menit

S : -
O : - tidak ada tanda alergi


S : - pasien tidak mual
O : - makanan dan minuman habis ½ piring

S : - saya tidak suka karena makanan rasaya hambar
O : -


S : -
O :- makanan BPRRG habis ½ piring
S : - klien mengatakan tidak merasa mual
O : - klien tampak baik

S : - pasien mengatakan dapat tidur namun tidak nyenyak
O : - pasien kadang-kadang masih tampak terbangun

S : -
O: - makanan habis 1 piring

S : -
O: - tidak ada tanda alergi obat



S : - pasien mengatakan dapat mengatur tidurnya dengan baik
O : -

S : -
O: - pasien dapat tidur




E. EVALUASI
WAKTU NO DX CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
TGL JAM
11/02/10 14.00 1 S : “ Nyeri pada ulu hati dan sendi saya berkurang “

O : pasien tampak tidak menahan nyeri

A : tujuan tercapai sebagian
1. Pain level (2102)
 Melaporkan persentase nyeri badan yang terkena (210201) = 2
 frekwensi nyeri (210202) = 2
 Ekspresi mulut merasakan nyeri (210204) = 3
 Gelisah (210206) = 3
 Otot tegang (210207) = 3

2. Pain control (1605)
 mengenal faktor-faktor penyebab (160501) = 4
 mengenal onset nyeri (160502) = 3
 menggunakan tindkan menghilangkan nyeri analgetik(160503) = 2
 mengenal symtom nyeri (160509) = 2
 melaporkan nyeri terkontrol(160511) = 4

P : intervensi dihentikan (pasien dirujuk ke RSUD Sanglah)
11/02/10
14.00 2 S : “Saya dapat menghabiskan makanan tanpa rasa mual “

O : pasien menghabiskan makanannya

A : tujuan tercapai sebagian
Confort level (2100)
 Melaporkan keadaan fisik membaik (210001) = 4
 Melaporkan kenyamanan (210002) = 5
 Menyatakan kepuasan psikis (210004) = 4
 Menyatakan kepuasan dengan tingkat independen (210008) = 5


P : intervensi dihentikan, pasien dirujuk ke RS Sanglah

11/02/10 14.00 3 S : “saya dapat tidur “

O :
- pasien tampak dapat tidur
- Pasien tidak tampak gelisah

A : tujuan tercapai

Rest (0003)
 lama istirahat (000301) = 1
 pola istirahat (000302) = 1
 kualitas istirahat (000303) = 1
 istirahat fisik (000304) = 1
 istirahat mental (000305) = 1

P : intervensi di hentikan pasien dirujuk ke RSUD Sanglah










BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irefersibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk memeprtahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolik yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah.
Kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn.Y Dengan Diagnosis medis Chronic Kidney Disease Di ruang Jempiring RSUD singaraja mengambil 3 buah diagnosa yaitu
- Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
- Nausea berhubungan dengan faktor fisiologis (nyeri)
- Gangguan pola tidur berhbungan dengan nausea
Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari tujuan diagnosa ke 3 tercapai sedangkan tujuan diagnosa ke 1 dan ke 2 tujuan tercapai sebagian.

B. SARAN
1. Bagi mahasiswa kesehatan
Diharapkan mahasiswa lebih meningkatkan ilmu dan aplikasinya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien
2. Bagi pembaca
Diharapkan dengan punulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca





DAFTAR PUSTAKA

Johnson,Marion,dkk.1997.IOWA OUTCOMES PROJECT Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby
Diagnosa aplikasi. Diagnosa Nanda (NIC-NOC). 2007-2008
Nanda .2000. Nursing Diagnosis : Prinsip dan Clasification. 2001-2002. Philadelphia : USA
Manjoer, A.Etla.2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius
Mc.Closkey, Joannc C.dkk. 1996. IOWA OUTCOMES PROJECT Nursing Interventions Classification (NIC).Mosby
Price, Syilvia Anderson.1995. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:EGC
Smeltzer, S.C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddart Vol.1. Jakarta:EGC
Suyono, S, et al. 2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI










Tidak ada komentar:

Posting Komentar